KUPANG, BN – Upaya mewujudkan pelayanan kesehatan yang cepat, mudah, dan setara di Kota Kupang kini mendapat bentuk konkret. Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, meluncurkan Sistem Informasi Rawat Inap (SIRANAP) yakni sebuah inovasi berbasis digital yang memungkinkan masyarakat mengetahui ketersediaan tempat tidur rumah sakit secara daring dan melakukan pendaftaran lebih efisien.
SIRANAP merupakan bagian dari transformasi sistem kesehatan daerah yang menempatkan keselamatan dan kenyamanan pasien sebagai prioritas utama.
“Dengan SIRANAP, pasien tidak perlu lagi berpindah-pindah rumah sakit hanya untuk mencari ruang rawat kosong. Dari rumah, mereka bisa memantau langsung ketersediaan tempat tidur dan segera menuju fasilitas yang siap menerima,” kata Wali Kota Christian Widodo, saat memperkenalkan sistem ini kepada masyarakat dan tenaga kesehatan di RSUD S.K. Lerik Kupang, Selasa (4/6/2025) lalu.
Menurut Christian, sistem ini tidak hanya membantu pasien, tetapi juga mempercepat koordinasi antar rumah sakit dan dinas kesehatan. “Ini bentuk kehadiran negara dalam melayani warganya, terutama di saat-saat genting. Saya tidak ingin ada warga Kota Kupang kehilangan nyawa hanya karena terhambat urusan administrasi,” tegasnya.
Langkah Pemerintah Kota Kupang ini sejalan dengan kebijakan transformasi digital layanan kesehatan nasional yang dicanangkan Kementerian Kesehatan RI sejak 2022 melalui Platform Satu Sehat (SATUSEHAT). Sistem seperti SIRANAP merupakan bagian dari pilar pertama transformasi digital kesehatan, yaitu penyatuan data layanan dan integrasi sistem rumah sakit agar proses rujukan dan perawatan lebih transparan.
Dalam dokumen resmi Kemenkes, Blueprint Transformasi Digital Kesehatan Indonesia 2023–2028, disebutkan bahwa sistem pemantauan tempat tidur dan data pasien secara real-time menjadi instrumen penting untuk mengurangi bottle neck layanan dan mempercepat penanganan gawat darurat. Dengan demikian, SIRANAP di Kupang bukan inovasi yang berdiri sendiri, tetapi implementasi nyata dari visi nasional di tingkat lokal.
SIRANAP menjadi tonggak baru dalam misi RSUD S.K. Lerik menuju rumah sakit rujukan terbaik di NTT. Sebelumnya, Wali Kota Christian Widodo telah menekankan pentingnya peningkatan fasilitas dan kapasitas tenaga medis agar rumah sakit milik pemerintah kota ini tidak hanya melayani warga Kupang, tetapi juga menjadi pusat rujukan bagi daerah sekitar seperti Kabupaten Kupang dan Rote Ndao.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur RSUD S.K. Lerik, dr. Yohanes Daud, menyebutkan bahwa sistem digital ini telah diintegrasikan dengan unit gawat darurat, rekam medis elektronik, dan sistem rujukan pasien dari puskesmas. “Kita mulai dari hal yang paling urgen: informasi ketersediaan tempat tidur dan respon cepat terhadap pasien gawat darurat,” ujarnya.
Data Dinas Kesehatan Kota Kupang tahun 2024 mencatat, lebih dari 35% pasien yang datang ke rumah sakit di kota ini harus berpindah dua kali sebelum mendapat ruang rawat, terutama pasien non-BPJS. SIRANAP diharapkan menekan angka itu secara signifikan.
Selain SIRANAP, Pemerintah Kota Kupang juga meluncurkan Dana Pengamanan Kegawatdaruratan sebesar Rp3 miliar yang ditempatkan di RSUD S.K. Lerik sebagai jaminan bagi warga yang datang dalam kondisi kritis tanpa jaminan kesehatan.
“Tidak boleh ada warga Kota Kupang yang tidak tertolong hanya karena tidak punya BPJS atau Kartu Jaminan Kesehatan lainnya,” ujar Christian dengan nada tegas. “Setiap nyawa berharga, dan itu tanggung jawab moral pemerintah. Dana gawat darurat ini adalah wujud cinta kami kepada warga kota.”
Dana tersebut akan digunakan untuk menutupi biaya tindakan medis awal seperti operasi, rawat darurat, dan penanganan korban kecelakaan. Jika dana terserap, pemerintah akan segera menambah alokasi sesuai kebutuhan tahunan.
Langkah ini mendapat apresiasi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kupang yang menilai kebijakan tersebut sebagai “terobosan humanis” di tengah banyaknya daerah yang masih kesulitan membiayai pelayanan gawat darurat non-BPJS.
Kebijakan kesehatan di bawah kepemimpinan dr. Christian Widodo juga mencakup peningkatan layanan puskesmas, pengadaan ambulans siaga, serta penguatan sistem rujukan terpadu antara rumah sakit dan dinas kesehatan. Menurut data Bappeda Kota Kupang (2025), saat ini terdapat 11 puskesmas yang telah terkoneksi secara digital untuk mendukung pelaksanaan SIRANAP dan sistem rujukan cepat.
Selain itu, Pemkot Kupang juga menggandeng BPJS Kesehatan, Jasa Raharja, dan Bank NTT untuk memperluas cakupan pembiayaan kesehatan berbasis kolaborasi. Kerja sama lintas sektor ini menjadi pondasi kuat agar setiap kebijakan tidak berhenti di atas kertas.
“Dalam dunia kesehatan, waktu adalah nyawa,” ujar Christian. “Karena itu, teknologi bukan lagi pelengkap, tetapi kebutuhan utama.”
SIRANAP dan Dana Gawat Darurat mendapat sambutan positif dari masyarakat. Ketua RW di Kelurahan Sikumana, Maria Neong, mengatakan, banyak warga selama ini kesulitan mencari tempat perawatan saat keadaan mendesak. “Sekarang kita bisa tahu rumah sakit mana yang siap menerima pasien. Ini mempermudah sekali, apalagi bagi warga kecil,” ujarnya.
Akademisi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana, Dr. Paulus Ndoen, menilai langkah Pemkot Kupang sejalan dengan konsep universal health coverage (UHC) yang dicanangkan WHO. “Kebijakan seperti ini mendorong akses layanan yang adil bagi semua lapisan, terutama masyarakat miskin dan rentan,” katanya.
Bagi seorang dokter yang kini menjadi kepala daerah, pendekatan Christian Widodo jelas berbeda. Ia memandang kesehatan bukan sekadar urusan teknis, tetapi bentuk keberpihakan dan kasih terhadap warga. Ia mengutip semboyan Latin: Contemplata aliis tradere—“perenungan harus diwujudkan dalam tindakan.”
“Saya ingin pemerintahan ini meninggalkan jejak yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Kalau bicara kasih, maka kasih itu harus punya bentuk. Dalam hal ini, bentuknya adalah pelayanan yang tidak membeda-bedakan,” pungkasnya. (*/Andyos Manu/Advertorial)






