Praktek Mafia Pupuk di Desa Nusakdale Bikin Geram Petani

  • Whatsapp
Ilustrasi
Ilustrasi
Ilustrasi

ROTE NDAO, berandanusantara.com – Saat Petani sedang membutuhkan pupuk untuk kesuburan tanaman, justru membuat para mafia pupuk beraksi. Seperti halnya yang terjadi di Desa Nusakdale, Kecamatan Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao.

Praktek tersebut membuat para Petani di tempat tersebut geram. Pasalnya, dengan praktek mafia pupuk itu, berakibat terjadinya kelangkaan pupuk. Tidak hanya langka, harga pupuk pun dipatok dengan harga yang cukup tinggi dibanding harga normal.

Dengan kondisi yang meresahkan itu, para Petani meminta aparat Kepolisian untuk mengungkap dan menindak tegas pelaku yang bermain-main tersebut. Apalagi, saat ini telah memasuki musim tanam baru yang membutuhkan ketersediaan pupuk yang cukup.

Mus Malelak, salah seorang anggota kelompok tani Fuakdale, kepada awak media mengatakan pihaknya sangat kecewa dengan sikap ketua kelompok, Ekber Dano, yang memanfaatkan jabatannya untuk mengambil pupuk dari distributor yang ditunjuk pemerintah, kemudian menjualnya sesuka hati kepada anggota kelompok.

“Saya beli pupuk urea Rp.125 ribu per sak, sebenarnya pemerintah kasi subsidi atau tidak,” ujar Mus penuh tanya.

Dikatakan pula, pengeluhan tersebut sudah disampaikan ke kepala desa Nusakdale Jostan Oly.

“Entah bapa Desa sudah bicara dengan ketua kelompok atau belum, saya tidak tahu,” tandasnya.

Menurut Mus, selain pupuk yang mahal, pupuk diperoleh setelah bulan Desember, dimana semua petani sudah panen.

“Saat butuh pupuk tidak ada, saat kita sudah panen baru pupuk datang, entah permainan apa ini, Saya dapat hanya 3 karung, padahal kebutuhan saya lebih, data yang dibuat ketua kelompok asal jadi,” ungkapnya.

“Saya minta bapa Desa, Bapa Camat dan Pak Polisi, tolong bantu kami orang kecil, pupuk susah tapi ada yang manfaatkan untuk dapat untung,” imbuhnya.

Selain harga pupuk yang mahal, warga desa Nusakdale juga mengeluh lantaran subsidi yang disiapkan pemerintah diduga dikebiri oleh ketua kelompok sehingga tidak sampai ke tangan petani.

“Saya dikasih Rp. 50 ribu per karung, tapi ada juga yang tidak dapat, padahal kami beli pupuk dengan harga 125 ribu”, jelas seorang petani yang tidak mau namanya dipublikasi.

Sumber tersebut juga menjelaskan, pupuk tidak hanya dijual kepada anggota kelompok tetapi juga yang diluar kelompok Fuakdale dengan harga mencapai Rp. 150 ribu per sak.

Penyuluh pertanian, Ignasius Wea, saat dikonfirmasi, mengatakan pihaknya belum mengetahui kejadian tersebut.

“Saya belum tahu persoalan ini, nanti saya cek ke desa dulu pak”, ujar Ignasius.

Dia menjelaskan, Harga Eceran tertinggi (HET) pupuk urea sebesar Rp. 90 ribu per sak, dan pemerintah daerah memberikan subsidi sebesar 75% dari HET per sak.

“Masyarakat hanya membayar Rp. 22.500/sak tetapi petani membayar dulu Rp.90 ribu setelah itu di kembalikan jika dananya sudah cair”, jelasnya.

Terkait biaya subsidi, Ignasius mengatakan, anggaran tersebut sudah dicairkan oleh ketua kelompok di pengecer. (AM/mtm)

Related posts