SABOAK Jadi Motor Pertumbuhan UMKM Kota Kupang Melalui Transformasi Digital

  • Whatsapp
Wakil Wali Kota Kupang, Serena Cosgrova Francis. (Foto: istimewa)

KUPANG, BN – SABOAK (Sunday Market Buat Orang Kupang) kini menjelma menjadi salah satu inovasi paling progresif yang digagas Pemerintah Kota Kupang. Di bawah kepemimpinan Wali Kota dr. Christian Widodo dan Wakil Wali Kota Serena C. Francis, S.Sos., M.Sc., SABOAK tidak hanya menjadi ruang akhir pekan bagi masyarakat, tetapi berubah menjadi motor penggerak ekonomi kreatif berbasis digital, inklusif, dan berkelanjutan. Inovasi ini dirancang bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk masa depan Kota Kupang sebagai kota modern yang memberdayakan masyarakatnya.

Sejak pertama kali digelar, SABOAK langsung mendapat respons luar biasa dari warga. Ribuan pengunjung memadati area Taman Nostalgia setiap akhir pekan, sementara ratusan pelaku UMKM memanfaatkan ruang tersebut untuk memamerkan produk lokal unggulan mulai dari kuliner, kriya, fesyen, hingga layanan kreatif. SABOAK bukan hanya pasar, tetapi ruang interaksi, pertumbuhan, dan kreativitas yang memadukan hiburan, edukasi, dan ekonomi rakyat dalam satu ekosistem.

Read More

Namun bagi Pemerintah Kota Kupang, kesuksesan SABOAK tidak boleh berhenti sebagai kegiatan mingguan. Justru dari antusiasme inilah gagasan untuk memperluas dan mendigitalisasi SABOAK muncul. Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, menegaskan bahwa Kota Kupang membutuhkan model ekonomi baru yang mampu memadukan ruang publik dengan teknologi dan ekspansi pasar. Ia menilai bahwa inovasi ini tidak boleh hanya dilihat dari keramaian di lapangan, tetapi dari sejauh mana ia memungkinkan UMKM tumbuh, bertahan, dan bersaing.

Wali Kota menjelaskan bahwa langkah digitalisasi SABOAK telah disiapkan secara terstruktur melalui pengembangan katalog digital, etalase online UMKM, hingga integrasi dengan platform e-commerce. “Produk UMKM Kupang harus bisa dibeli kapan saja dan dari mana saja. SABOAK harus menjadi pintu masuk bagi pelaku usaha lokal untuk menjangkau pasar yang lebih luas, tidak hanya bergantung pada kunjungan fisik,” tegas Christian Widodo. Menurutnya, paradigma ini penting untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Kupang tidak berhenti di ruang-ruang tradisional, tetapi melangkah ke kompetisi modern yang membutuhkan kecepatan, teknologi, dan kreativitas.

Wakil Wali Kota Serena Francis melihat SABOAK sebagai ruang pemberdayaan sosial-ekonomi yang sangat strategis, terutama bagi perempuan, anak muda, dan kelompok usaha rumahan. Ia menegaskan bahwa digitalisasi SABOAK bukan hanya soal penjualan daring, tetapi soal memberikan alat yang adil bagi setiap pelaku usaha untuk bersaing. “Banyak pelaku UMKM hebat di Kupang, tetapi akses mereka terbatas. Dengan digitalisasi, keterbatasan ruang dan jarak tidak lagi menjadi hambatan,” kata Serena. Ia menekankan bahwa Pemkot Kupang siap memberikan pendampingan intensif, mulai dari pemotretan produk, pengemasan, branding, hingga pemasaran digital.

Pemkot Kupang tidak melakukan transformasi ini sendirian. SABOAK berkembang menjadi ekosistem kolaboratif yang melibatkan akademisi, komunitas kreatif, lembaga keuangan, hingga sponsor kegiatan. Pemerintah mendorong SABOAK menjadi ruang pembelajaran bisnis sekaligus pusat jejaring antarpelaku usaha. Pelaku UMKM tidak hanya berjualan, tetapi juga mendapatkan pelatihan manajemen, strategi konten, literasi keuangan, dan pemahaman pasar modern. Pendekatan ini sengaja disiapkan agar UMKM Kupang tidak sekadar hadir dalam satu kegiatan, tetapi mampu naik kelas dan memperluas usahanya secara mandiri.

Transformasi SABOAK juga berpotensi mendorong perluasan pasar hingga ke tingkat nasional. Produk-produk kreatif Kupang seperti kuliner khas, tenun modern, kriya kayu, olahan hasil laut, hingga produk lifestyle memiliki peluang besar untuk bersaing di pasar luar daerah. Dengan standardisasi katalog dan integrasi e-commerce, pelaku UMKM dapat mengirimkan produk ke berbagai kota, bahkan membuka peluang ekspor skala kecil. Pemerintah percaya bahwa Kota Kupang tidak boleh hanya menjadi konsumen, tetapi harus menjadi produsen dengan identitas dan nilai tambah lokal.

Selain itu, SABOAK memberi warna baru bagi ruang publik Kota Kupang. Ia menjadikan taman kota bukan sekadar tempat rekreasi, tetapi ruang ekonomi, ruang keluarga, ruang budaya, dan ruang inspirasi. Setiap pekan, SABOAK menghadirkan hiburan musik, pertunjukan seni, dan berbagai kegiatan komunitas yang hidup dan inklusif. Kombinasi antara ekonomi kreatif dan ruang publik yang aktif menciptakan ekosistem kota yang lebih modern dan humanis.

Keberhasilan awal SABOAK juga terlihat dari perputaran ekonomi yang dihasilkan. Dalam beberapa bulan penyelenggaraan, omzet pelaku UMKM meningkat signifikan, bahkan pada beberapa pekan mencapai miliaran rupiah secara akumulatif. Ini membuktikan bahwa aktivitas ekonomi kreatif lokal memiliki potensi besar untuk terus tumbuh jika diberi ruang dan dukungan kebijakan yang tepat.

Dengan komitmen kuat dari Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kupang, SABOAK kini tidak hanya menjadi agenda akhir pekan, tetapi menjadi simbol perubahan cara Kota Kupang bergerak maju. Ia adalah contoh bagaimana pemerintah membangun kota dengan melibatkan masyarakat, teknologi, dan kreativitas. SABOAK menjadi bukti bahwa kota yang tumbuh bukan hanya diukur dari bangunan dan jalan, tetapi dari bagaimana masyarakatnya diberi akses, kesempatan, dan ruang untuk berkembang.

Melalui digitalisasi dan ekspansi pasar, SABOAK disiapkan menjadi gerakan ekonomi kreatif yang tidak hanya berlangsung hari ini tetapi bertahan untuk masa depan. Kota Kupang kini memiliki mesin ekonomi baru yang inklusif, adaptif, dan penuh harapan. Dan bagi para pelaku UMKM, SABOAK bukan hanya ruang untuk berjualan, tetapi ruang untuk bermimpi lebih besar dan mencapai pasar yang lebih luas. (*/Andyos Manu/Advertorial)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *