Willy Lay: Gaji Guru Paud Masih Sama Dengan Biaya Sekali Makan di Jakarta

  • Whatsapp
Bupati Belu, Wilibrodus Lay. (Ist)
Bupati Belu, Wilibrodus Lay. (Ist)
Bupati Belu, Wilibrodus Lay. (Ist)

KUPANG, berandanusantara.com – Bupati Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Wilibrodus Lay mengakui pendapatan guru Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) di kabupaten yang dipimpinnya masih sangat rendah yakni Rp 400 ribu perbulan. Hal itu dinilainya sangat tidak sebanding dengan jerih payah mereka dalam mendidik anak-anak usia dini.

Hal tersebut dikemukanannya saat menjadi Narasumber dalam acara Talk Show bertajuk “Membangun Sumber Daya Manusia dari Desa, Membangun Indonesia”, yang diselenggarakan oleh yayasan Tunas Cilik Indonesia, Mitra kerja dari Save The Children Internasional, Kamis (20/4/2017) di Hotel Neo Kupang.

“Gaji Guru Paud di Belu masih sangat rendah. Kalau dihitung, sama dengan biaya sekali makan di Jakarta. Sangat kasihan, apalagi banya didominasi kaum ibu,” ujar Wilibrodus Lay, atau lebih dikenal dengan sapaan Willy Lay.

Menurut dia, pada dasarnya anak-anak usia dini harus diberi perhatian secara khusus. Selain itu, mengurusi Paud juga butuh pengorbanan. Sementara, kata dia, pemerintah kabupaten Belu sendiri belum bisa berbuat banyak untuk bisa menjawab kendala dalam hal pendapatan guru Paud, karena terkendala pada anggaran daerah yang sangat terbatas.

Untuk itu, dia sangat mengharapkan adanya intervensi anggaran baik dari pemerintah pusat dan provinsi, sehingga dapat menunjang berbagai kendala yang berkaitan dengan upaya memaksimalkan pendidikan anak usia dini di kabupaten Belu. “Kami masih perlu dibantu agar semua bisa berjalan maksimal, termasuk pendapatan guru Paud,” katanya.

Selain gaji guru, jelas dia, salah satu hal penting yang masih menjadi kendala di kabupaten Belu adalah soal kecukupan protein bagi anak-anak Paud. Menurut dia, hal tersebut masih sangat memprihatinkan, dimana anak-anak Paud di Belu minum susu hanya sekali dalam seminggu.

Dia menjelaskan, saat ini jumlah Paud di Belu sebanyak 158, dengan tenaga pengajar berjumlah kurang lebih 3000 orang. Dengan jumlah itu, jelas dia, masih tersisa lima desa dan satu kelurahan saja yang belum memiliki Paud. Dia juga telah semua kepala desa agar kucuran dana desa dapat membantu keberlangsungan Paud.

“Paud harus hadir karena kesadaran masyarakat, bukan karena pemerintah semata,” pungkas dia.

Selain Willy Lay, dalam talk show tersebut juga menghadirkan sejumlah narasumber diantaranya Dirjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa – Kementrian PDT, Dr Hanibal Hanibi, Direktur Pembinaan Paud, R Ella Yulaelewati R, MA, Phd, Field Manager Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC), Didiek Eko Yuana, Kepala Desa Manlea, Rony Seran, Kepala Desa Jenilu, Petrus Kapir.

Dalam Talk Show yang dipandu moderator Ratna Yunita dari YSTC itu juga dihadiri sejumlah pihak diantaranya pemprov NTT, dalam hal ini Dinas P dan K, DPRD NTT dan kabupaten bidang pendidikan, Tim Penggerak PKK, serta para pengelola pendamping Paud. (AM)

Related posts