KUPANG, berandanusantara.com – Pembangunan jembatan Pal Merah yang direncanakan oleh pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bukanlah merupakan sebuah hal yang mudah. Hal ini bukan hanya masih ada pro dan kontra soal rencana pembangunannya, namun belajar dari pengalaman jembatan Suramadu, pembangunannya bisa memakan waktu sampai 40 tahun.
“Ini tidak semudah membalikan telapak tangan, dan jembatan ini hanya bisa dilakukan apabila ada bantuan dana dari luar,” ungkap ketua Komisi V DPR RI, Fary Francis usai mengikuti perayaan hari Bhakti PU ke 70, di halaman Kantor Dinas PU provinsi NTT, Kamis (3/12/2015).
Fary juga mencontohkan rencana pembangunan jembatan selat Sunda yang sudah diwacanakan sejak zaman Orde Baru, namun sampai dengan saat ini belum juga direalisasikan. Oleh karena itu, lanjut Fary, untuk jembatan Pal Merah juga perlu banyak aspek yang perlu untuk dilihat.
Menurut dia, perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah provinsi NTT boleh-boleh saja. Dan, perencanaan itu harus dilakukan secara matang dan mengusahakan dana pembangunan jembatan itu, karena untuk jembatan Pal Merah ini butuh dana yang sangat besar. “Ini tidak bisa bangun secepatnya, kecuali ada dana turun dari langit,” ujar Fary sambil berkelakar.
Fary menambahkan, apabila membangun jembatan Pal Merah yang menghubungkan Flores – Adonara ini menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), maka pemprov NTT harus benar-benar menguasai tentang pengusulan dana. Menurut dia, banyak indikator yang dipakai untuk bisa mendapatkan dana dari pemerintah pusat.
Dalam kesempatan itu juga, Fary membantah pernyataan kepala Dinas PU provinsi NTT, Andre Koreh yang menuding anggota DPR RI asal NTT tidak memperjuangkan alokasi DAK dari pusat ke NTT yang tahun ini menurun. “Tidak benar apa yang disampaikan Kadis PU,” katanya.
Ia menjelaskan, anggota DPR RI dapil NTT telah berjuang secara maksimal. Hasilnya, kata Fary, untuk bina marga telah dialokasikan dana mencapai Rp 1,8 triliun, dan untuk pembangunan jalan daerah sekitar Rp 900 miliar. “Ini perjuangan kami dari tahun 2015 dan ada hasilnya. Jadi, kadis jangan bicara begitu,” tegas Fary. (AM)