Benarkah Pemkab Sikka Terlantarkan Nasib Atlet Peraih Medali Emas?

  • Whatsapp
Ist
Ist
Ist

MAUMERE, berandanusantara.com – Nasib Agatha Trisnawaty (25), atlet nasional pencak silat Perisai Diri (PD) asal Kabupaten Sikka-Maumere, Nusa Tenggara Timur tidak seperti atlet di daerah lain. Peraih medali emas kejuaraan dunia pencak silat di Jakarta tahun 2010 silam ini kini diterlantarkan Pemkab Sikka.

Surat rekomendasi dari mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Andy Malerangeng kepada Pemkab Sikka untuk mengangkat Agatha menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) lingkup daerah kabupaten tersebut, hingga kini belum kunjung dilaksanakan. Ironisnya, Bupati Sikka, Sosimus Mitang hingga bupati terpilih sekarang, Yosep Ansar Rera, hanya menghadiahkan sejumlah janji palsu kepada Agatha dan keluarga.

Prisila, ibu kandung Agatha menuturkan, selain pernah menjuarai kejuaraan dunia, Agatha juga pernah dua kali meraih medali emas saat mewakili Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam kejuaraan PON di Riau dan Kalimantan.

“Sudah terlalu banyak perjuangan dan pengorbanan anak saya untuk daerah kabupaten Sikka hingga mengharumkan nama bangsa Indonesia, tetapi mengapa nasibnya tidak diperhatikan. Anak saya akhirnya memutuskan kerja di salah satu perusahaan swasta sebagai sales. Pada hal teman-temannya di kabupaten lain sudah diangkat jadi PNS,” ujar Agatha Prisilia Seli, ibu kandung Agatha kepada wartawan, Senin (13/3/2017).

Prihatin dengan kondisi anaknya, Prisilia kemudian memberanikan diri bertemu dengan Bupati, Ansar Rera di rumah jabatan bupati Sikka, guna meminta bantuan bupati mengeluarkan surat rekomendasi. Rekomendasi itu selanjutnya akan ditujukan ke Pimpinan Perusahaan tempat Agatha bekerja sebelumnya agar dia dapat kembali dipekerjakan setelah mengikuti perlombaan.

Bupati kemudian mengarahkan Prisilia bertemu dengan Wakil Bupati. Naasnya, Wakil Bupati justru mengarahkannya ke staf ahli untuk menandatangani rekomendasi yang dimaksud. Merasa dipermainkan, akhirnya dia pun kembali dengan tangan hampa.

“Nasib anak saya sekarang tidak jelas, sudah terlantarkan bahkan dikeluarkan dari tempat kerja. Seharusnya, pemerintah mestinya buka mata karena anak saya sudah mengharumkan nama daerah Sikka, propinsi NTT, bahkan mengharumkan nama bangsa Indonesia,” tegas Prisilia kecewa.

Ayah Agatha, Yosep Tarsisius Tulu mengatakan, setelah diterlantarkan dan dikeluarkan dari tempat kerja, Agatha memutuskan merantau di provinsi kepulauan Riau.

Agatha beberapa kali dikirim mengikuti kejuaraan pencak silat baik dalam negeri maupun luar negeri. Agatha juga pernah bergabung dengan kontingen Jawa Timur bertanding hingga Timor Timur. Selain itu, semenjak menjadi juara dunia pencak silat, Agatha sudah ditawarkan oleh provinsi Bali dan beberapa provinsi di Kalimantan untuk mewakili daerah mereka di berbagai kejuaraan dan dijanjikan akan diberikan pekerjaan namun Agatha memilih pulang ke Maumere dan melanjutkan sekolah.

“Dia kembali ke Maumere karena memegang rekomendasi dari Menpora dan yakin akan diterima menjadi PNS usai menamatkan kuliah.:Dia juga ingin mengharumkan nama Sikka dan NTT di setiap kejuaraan,” ujar Yosep.

Meski surat rekomendasi Menpora RI sudah diterima dan dirinya sudah menghadap bupati Sikka Sosimus Mitang hingga bupati Yoseph Ansar Rera, rekomendasi tersebut tidak pernah terwujud. Saat bupati dijabat Sosimus Mitang, disposisi yang dikeluarkan bupatiyang diteruskan ke Badan Kepegawaian daerah (BKD) Sikka tidak pernah diproses.

“Saya sudah menghadap bupati Ansar menanyakan disposisi dan tindak lanjut dari rekomendasi tersebut namun bupati katakan belum ada tes CPPNS,” jelas Yosep.

Tahun 2015 lalu, Agatha juga ikut tes CPNS namun dinyatakan tidak lulus. Akibat frsutasi kata Yosep, Agatha memilih meninggalkan NTT dan mencari pekerjaan di beberapa daerah lain yang memintanya mewakili daerah mereka dalam berbagai event pencak silat.

“Agatha sudah frustasi karena selain dijegal untuk mewakili daerahnya dan tidak diperhatikan pengurus IPSI daerah, dia juga tidak diterima bekerja menjadi PNS sesuai rekomendasi Menpora,” tandasnya.

Dia menambahkan, semua atlet pencak silat program Indonesia Emas yang dipersiapkan mengikuti Asian Games 2010 dan Sea ganes tahun 2011 sudah mendapatkan pekerjaan di provinsinya masing-masing kecuali Agatha. Ini yang membuat Agatha merasa frustasi karena dirinya sudah berprestasi namun tidak mendapatkan bantuan dana setiap kali mengikuti kejuaraan maupun diangkat menjadi PNS sesuai rekomendasi menteri.

Selain kejuaraan dunia, Agatha juga mengharumkan nama Unipa Maumere, Pemkab Sikka dan provinsi NTT di setiap event kejuaraan nasional antar peguruan tinggi. Sejak tahun 2008 hingga 2010 Agatha selalu menyumbang medali emas mewakili Unipa Maumere.Agatha juga menyabet emas saat kejurnas pencak silat tahun 2010.

Prestasi Agatha di pencak silat ini lanjut Yosep sudah didapatkan sejak menyabet juara I kejurda Perisai Diri di Kabupaten Belu. Prestasi juara pun terus diukir Agatha setiap kali ada event pencak silat yang diikutinya baik di level provinsi maupun nasional.

“Sebagai orang tua kami terus terang kecewa melihat Agatha yang harus merantau ke daerah orang untuk mencari uang. Tapi mau bagaimana lagi, kami ini orang kecil dan sudah berusaha semampu kami namun pemerintah tidak mempedulikan,” pungkas Yosep. (Ok/am)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *