Lembata, berandanusantara.com- Sampai beberapa waktu lampau orang mengenal hanya nama Lomblem atau Lomblem atau juga Kawela, yang memang terdapat pada peta-peta dan buku-buku. Tetapi sejak kapan nama Lembata dipakai untuk menggantikan Lomblen, tidak jelas.
Menurut almarhum Prof. DR. Gorys Keraf, kelahiran amalera, Lembata, sarjana bahasa, sastra dan linguistic pertama dari Nusa Tenggara Timur, nama Lomblen tidak sesuai dengan pola susunan kata dasar dalam bahasa Indonesia. Mungkin harus dicari nama Lembata itu diantara nama-nama seperti Lambote, Lambaka dan sebagainya.
Mencari-cari dimana gerangan terdapat sebuah nama yang mirip dengan Lembata, muncullah nama Lombatee dalam catatan harian penjelajah dunia Laksamana Schouten mengenai pelayaranya diantara pulau-pulau Lembata, Solor, dan Adonara (Schouten’s voyage kurang lebih 1672 Langs Lomblem/Lombatte).
Dan F.C. Heinen dalam sebuah manuskrip yang diketik berjudul : Het rijk van Larantuka op het eiland Flores (1876) menyebut “sebuah pulau bernama Lomblen, juga Lombatta atau juga Kawela, yang terletak berhadapan dengan selat solor.” Nama Lembata itu bukan dari hari kemarin.
Mungkin begitulah sepenggal catatan yang dirilis penulis untuk mengingat kambali tentang Lembata yang kerap kali terus digoncang oleh kekicauan yang tidak menentu dibumi ikan Paus ini, yang menyebabkan warga Lembata hidup panik disepanjang masa. (Willy Rambung)