KEFAMENANU, BN- Meskipun Negara Indonesia sudah 69 tahun merdeka namun Kecamatan Mutis, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, NTT hingga memasuki tahun 2015 saat ini, belum tersentuh pembangunan infrastruktur. Terutama prasarana jalan/jembatan dan kelistrikan belum sama sekali dirasakan warga masyarakat yang mendiami gerbang terdepan Negara Kesatuan Repoblik Indonesia (NKRI). Padahal dari Mutislah kehidupan rakyat Timor Barat NKRI. Ruas jalan sekira 30 kilometer dibiarkan menganga dan berlubang. Melalui ruas jalan inilah urat nadi perekonomian dan aksesibilitas transportasi dari dan ke wilayah-wilayah sentra ekonomi.
Pantauan wartawan (09/01/2014) ruas jalan lintas Eban Kecamatan Miomaffo Barat menuju Noelelo hancur berantakan. Padahal jalur tersebut sudah dikategorikan sebagai jalan nasional karena berbatasan langsung dengan Districk Oecusse Negara Timor Leste.
Armindo Soares, mantan anggota DPRD Nusa Tenggara Timur (NTT) periode 2008-2013 kepada berandanusantara.com mengatakan, Negara Indonesia sudah merdeka 69 tahun usianya tetapi Mutis masih tetap dalam kubangan kemiskinan.
“Jujur saya katakan Mutis belum merdeka. Wilayah-wilayah terdepan NKRI infrastrukturnya masih morat-marit,” kata pengurus DPD Partai Gerindra NTT itu.
Pantauan berandanusantara.com, sedikitnya terdapat empat desa di Kecamatan Mutis yakni Desa Tasinifu, Naikake A, Naikake B dan Desa Noelelo masih sangat kesulitan soal prasarana/sarana umum. Hal ini diakui Tarsius Tananinas, salah seorang tokoh masyarakat Desa Naikake B. Menurutnya kondisi empat desa tersebut masih seperti dulu belum tersentuh infrastruktur apapun.
“Sejak jaman penjajahan hingga Repoblik ini merdeka, kondisi jalan empat desa ini tidak berubah. Padahal secara kasat mata, Mutis merupakan sarangnya ternak sapi dan kuda bahkan boleh jadi gudang ternaknya Kabupaten TTU apabila dipoles secara apik,”ungkapnya.
Bahkan para elit politik ketika datang berkampanye, masyarakat dibujuk rayu dengan segudang janji tetapi setelah terpilih mereka kabur dan hilang tanpa jejak lagi.
“Kami ini dibikin seperti anak kecil. Diumpan permen saat politik ikut membeo saja. Sesudahnya para politikus kabur tanpa khabar dan baru akan muncul kembali lima tahun kemudian untuk tujuan yang sama. Ini fakta yang kami alami,”tandasnya.
Agar tidak lagi terjadi kucing kaleng di antara masyarakat dan pemerintah, sekarang waktunya pemerintah membangun di daerah Mutis.
“Jangan hanya pemerintah dan para elit politik datang menjual kecap dan menebar janji saat kampanye. Mudah-mudahan masyarakat tidak tergiur lagi dengan bujuk rayu mereka,”pungkasnya.
(lius salu)