OJK Apresiasi Bank NTT: NPL Menurun, Pertumbuhan Semakin Baik

  • Whatsapp
Kantor Pusat Bank NTT. (Foto: istimewa)

KUPANG, berandanusantara.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi apresiasi kepada PT. Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) atas pertumbuhan semakin hari kian membaik. Ditambah lagi, bank bermoto “Melayani Lebih Sungguh” itu mencatatkan banyak kemajuan dan prestasi.

Salah kemajuan adalah berhasil menekan angka Non Perfoming Loan (NPL) alias kredit macet. Sebelumnya, kasus kredit macet di Bank NTT berada pada titik yang sangat mengkhawatirkan, lantaran nilainya sangat fantastis yakni mencapai ratusan miliar rupiah.

Read More

Meski demikian, dengan kerja keras semua pengurus, pelan-pelan dapat terselesaikan, meskipun belum 100 persen. Ini menandakan bahwa Bank NTT sebagai bank kebanggaan masyarakat NTT bertumbuh positif dan kinerja keuangannya patut diapresiasi.

“Kami menyampaikan apresiasi kepada Bank NTT dan jajaran yang sudah mendukung bulan inklusi keuangan. Kita patut bersyukur karena pertumbuhan ekonomi kita, hingga kini mencatat angka positif,” tegas Kepala OJK NTT, Robert Sianipar, ketika memberikan sambutan pada Dediksi Awards Bank NTT tahun 2021 yang berlangsung di Palacio Room Aston Hotel Kupang, 28 Oktober 2021 lalu.

Hadir dalam moment itu, Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho bersama tiga direktur lainnya yakni Direktur Teknologi Informasi dan Operasional, Hilarius Minggu, Direktur Pemasaran Kredit, Paulus Steven Messakh, Direktur Dana dan Treasury, Johanis Landu Praing. Hadir juga Komisaris Independen, Frans Gana, Kepala Kantor Wilayah DJPb NTT, serta setidaknya ratusan undangan yang sebelum mengikuti kegiatan, menjalani rapid tes di pintu masuk.

Masih dalam sambutannya, Robert menjelaskan lagi bahwa perkembangan perbankan di NTT juga tumbuh positif. Bahkan hingga September 2021 atau triwulan tiga 2021 ini secara tahunan (YoY), perkembangan perbankan itu secara aset dapat tumbuh 7,43 persen atau naik Rp 673 Triliun. Demikian juga penghimpunan dana pihak ketiga, ini bisa meningkat Rp. 511,4 T atau naik 7,69 persen.

Tentu ini sejalan dengan Bank NTT yang ada di dalamnya. OJK menurut Robert, mencatat Bank NTT secara tahunan sampai September ini asetnya sedikit menurun, 0,22 Triliun atau minus 1. Baginya ini disebabkan karena adanya penurunan penghimpunan dana pihak ketiga. Penyerapan biro kas daerah dan seterusnya ini menyebabkan penghimpunan dana pihak ketiga turun 0.73 Triliun.

“Tapi yang menarik, kredit di Bank NTT ini pertumbuhannya lebih tinggi dari pertumbuhan nasional. Kredit bisa tumbuh 5,25 % atau 0.56 Triliun sementara secara regional NTT tumbuh 2,57 Triliun. Dan secara nasional kredit tumbuh 2,21 % Bank NTT bisa meningkat 5,25 %. Tentunya ini kami juga apresiasi karena kita menetapkan target pertumbuhan kredit tahun 2021 ini mencapai 7%,” tegas Robert disambut tepukan tangan undangan.

Sementara masih terkait kinerja Bank NTT jika disejajarkan dengan BPD lain di seluruh NTT, Robert pun secara detail menjelaskan bahwa jika dibandingkan dengan 25 BPD di seluruh Indonesia, maka Bank NTT ini dapat dikategorikan BPD dengan predikat cukup baik. Ini tak lain disebabkan karena Bank NTT berada pada posisi di tengah.

“Dari total aset yang saya sampaikan tadi, sekarang Bank NTT berada pada angka Rp 17 Triliun, maka Bank NTT ada di peringkat 15 dari total 25 BPD di seluruh Indonesia. Sementara kinerja dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga, Bank NTT mencatatkan Rp 13 Triliun sehingga dengan demikian, Bank NTT ada di posisi 16. Jumlah penyaluran kreditnya mencapai Rp 11 Triliun sehingga dari 25 BPD se-Indonesia, Bank NTT berada pada posisi ke-15,”beber Robert lagi.

Mengacu pada catatan-catatan kinerja positif ini, OJK menyatakan bahwa Bank NTT sedang dalam kondisi baik. “Jadi tentu ini hal yang baik, selain itu kami juga mencatat ratio-ratio keuangan seperti kecukupan permodalan itu Bank NTT berada di angka 23,11 ini sebuah angka yang baik, sementara rata-rata groupnya 23,19. Dan juga satu pencapaian yang cukup baik yang kami apresiasi tahun ini, manajemen Bank NTT dapat menurunkan tingkat NPL-nya (Non Performing Loan/kredit macet) ke angka 2,59 persen,”tegas Robert.

OJK menurut Robert, berharap agar kedepan selain pertumbuhan kredit didorong untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, juga diharapkan agar setiap tahapan dilakukan secara berkualitas dan OJK sebagai regulator dan pengawas lembaga jasa keuangan akan terus mendorong komitmen-komitmen tersebut.

“Salah satunya bagaimana kita ketahui seluruh perbankan khususnya bank umum sedang berupaya untuk memenuhi modal inti minimum harus mencapai Rp 3 Triliun pada akhir tahun 2024. Untuk itu kami terus mendorong manajemen dan pemilik dalam hal ini Pemerintah Daerah untuk mendorong pertumbuhan modal inti di Bank NTT ini.”

Lebih jauh Robert merincikan, ada dua faktor yang merubah kondisi perbankan akhir-akhir ini yakni kondisi pandemi COVID 19, dan yang kedua, disrupsi teknologi. Dalam dunia perbankan menurutnya, bank bukan gedungnya, tetapi bank adalah pelayanannya. “Jadi, sudah disampaikan apa-apa yang dilakukan oleh Bank NTT untuk mengantisipsi tantangan kedepan,” tegasnya.

“Pada kesempatan ini saya ingin menggarisbawahi bagaimana Bank NTT ikut mendorong jasa dan layanannya memasuki layanan berbasis digital. Untuk itu kami sudah meluncurkan blue print transformasi digital perbankan untuk merespon pertumbuhan memasuki era revolusi industri 4.0 yang sudah berkembang.”

Karena itu sebagai regulator, maka OJK terus medorong peran Bank NTT untuk mengakselerasi tranformasi layanannya dari layanan perbankan konvensional menuju layanan perbankan digital. Saat ini Bank NTT dengan bermodalkan peringkat TKB 2, perkembangan menuju fully digital ini terbuka cukup lebar.

“Salah satu yang kami harapkan kedepan ini bisa bagaimana proses bisnis ini bisa diarahkan ke digitalisais. Contohnya bagaimana pelayanan terhadap kredit konsumsi, bisa beralih dari yang sebelumnya manual atau konvensional, menjadi full digital. Kita bisa bayangkan kalau nanti layanan kredit konsumsinya sudah dalam bentuk apps, ini akan menghemat aloksi SDM yang sudah cukup besar, bank lebih efisien, bisa diarahkaan untuk tugas-tugas lain.”

Hal lain yang juga bermanfaat, Bank NTT sebagai bank pembangunan daerah terus didorong guna meningkatkan layanan digital untuk menghambat laju fintech landing ilegal. Karena jika perbankan sudah menyediakan apliksi yang sama mudahnya, sama cepatnya, sama murahnya dengan fintech landing, maka sudah bisa dipastikan bahwa masyarakat akan beralih ke layanan perbankan yang terdaftar, berijin dan resmi oleh OJK.

Masih dalam kesempatan tersebut, OJK berharap agar Bank NTT bisa meningkatkan mitigasi resiko dalam pelayanannya. Karena dengan meningkatnya digitalisasi, resiko operasional akan meningkat jika tidak dimitigasi dengan baik. Bank NTT mencatat kemajuan dalam melayani komplain masyarakat terhadap layanannya. Seperti, hingga triwulan III 2021, OJK menerima 116 pengaduan terkait gagal transaksi pada kartu debit ATM. Gerak cepat Bank NTT merespon komplain ini sangat baik sehingga 107 kasus diselesaikan, 9 masih dalam proses.

Sementara terkait dengan elektronik banking, jumlah pengaduan mencapai 241,2 dan tingkat penyelesaiannya mencapai 233, 8 masih dalam proses. Terkait hal ini, OJK meminta kepada manajemen untuk terus melakukan evaluasi serta perbaikan-perbaikan. (*BN/MS)

Related posts