OPINI: Sistem Ekonomi Post Modern dan Pertanyaan Tentang Bagaimana Pekerjaan di Masa Depan?

  • Whatsapp

*Oleh: Charolus Boromeus Mau
Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

Saat ini arus globalisasi telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan manusia, baik politik, ekonomi, sosial dan kebudayan manusia. Seperti arus lautan, seolah kita digiring untuk berjalan sealur dengannya dan mengikuti arahnya. Ini merupakan definisi tentang dunia yang begitu dinamis, jadi jika manusia pasif, maka akan teralienasi oleh perkembangan zaman itu sendiri. Di era ini tren menjadi sesuatu yang baru terus, sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru dan berubah-ubah lagi disesuaikan dengan kondisi sekarang baik itu perekonomian, kebutuhan masyarakat yang terus berkembang mengikuti zaman dan lain sebagainya. Artinya memang kita harus beradaptasi jika tidak, kita akan mati.

Read More

Ernest Mandel, seorang Marxis-revolusioner asal Belgia. Ia berpendapat bahwa manusia kini berada dalam era ‘revolusi teknologi ketiga’, yang signifikansinya sama besarnya dengan revolusi-revolusi teknologi sebelumnya, revolusi agrikultur dan industri. Mandel menyatakan bahwa di zaman revolusi teknologi ketiga ini, akan datang ‘the end of work’, yakni saat dimana robot-robot dan komputer supercanggih menggantikan pekerja-pekerja pabrik sehingga kelompok orang yang disebut pekerja pabrik tak ada lagi. Mesin-mesin otomatis dan robot-robot super cangih akan menguasai perekonomian.

Jika kita memahami prediksi ini maka, asumsi Mandel sepertinya akan terbukti tak lama lagi. Dunia sekarang ini dikenal dengan berbagai macam nama, ada yang mengatakan ini adalah era ekonomi post-modern, era revolusi industri 4.0, era periode globalisasi 3.0 dan masih banyak istilah lainnya. Sebenarnya tidak ada perbedaan makna yang begitu jauh antara istilah-istilah tersebut. Istilah-istilah tersebut mengacu pada satu pemahaman yang sama akan gambaran kegiatan produksi dan konsumsi di zaman sekarang, dimana produksi dan konsumsi era ini lebih berorientasi pada kecanggihan teknologi dan otomatisasi serta kecerdasan buatan AI (Artificial Intelegence) yang akan mengubah kinerja sektor industri menjadi lebih efisien dan produktif, karena pekerjaan yang dahulu dilakukan oleh manusia mulai digantikan oleh tenaga mesin yang secara otomatis melakukan dan mengatur pekerjaan dengan cepat. Lalu bagaimana dengan pekerjaan di masa mendatang?

Bagaimana sih pekerjaan di masa depan?

Jika melihat fenomena-fenomena unik khususnya di dunia kerja akibat globalisasi saat ini, mengundang berbagai tanya di benak kita bagaimana sih system pekerjaan di masa depan nanti? Apakah robot dan mesin-mesin akan menggantikan posisi manusia, dan manusia akan menjadi bos, ataukah manusia akan menjadi budak, dan melayani mesin-mesin dan robot-robot tersebut? Ini mengartikan bahwa apa yang kita sebut mesin supercerdas masa depan memaksa kita untuk memeriksa kembali apa artinya menjadi manusia? Ini penting bagi kita untuk menyikapinya dengan seimbang.

Dilansir dari Jakarta iNews.id, menteri BUMN, Erik Tohir mengatakan bahwa bakal ada sembilan jenis pekerjaan yang akan hilang pada 2030 mendatang, dikatakan bahwa hal tersebut seiring dengan berkembangnya digitalisasi di era modern ini. Pernyataan Erik Tohir ini sesungguhnya menegaskan kembali kepada kita asumsi Ernest Mandel terkait pekerjaan di masa depan bahwa akan ada situasi yang disebut the end of work dimana kegiatan produksi akan dikuasai oleh mesin-mesin dan teknologi komputer yang super canggih, dimana pekerjaan yang umumnya menggunakan tenaga kerja manusia dalam mengerjakan sesuatu, akan digantikan oleh mesin-mesin dan robot yang super canggih guna meningkatkan hasil produksi dan efektivitas kerja dalam perusahaan, sehingga persaingan antar perusahaan semakin ketat.

Keadaan ini tidak dapat dihindari, zaman akan terus berubah dan berkembang maju, dan kita yang harus menyesuaikan diri dengannya. Maka mengahadapi situasi ini perusahaan-perusahan akan bergerak dan mengambil keputusan, bermacam-macam upaya akan dibuat perusahaan supaya yang didirikan bisa bertahan dan berkembang sesuai kapasitas pekerjanya masing-masing. Maka kasus PHK tidak bisa dihindari dan pekerja-pekerja yang minim skil dan sumber daya manusianya (SDM) akan digantikan posisinya karena untuk maju dan dapat bersaing, perusahaan harus menilai kinerja karyawan serta melakukan beberapa perbaikan agar dapat berkembang dengan baik. Salah satu strategi untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perusahaan adalah dengan cara merestrukturisasi tenaga kerja perusahaan.

Bagaimana cara menghadapi situasi the end of work?

Arus globalisasi, perubahan zaman, kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi merupakan suatu fonomena yang tidak dapat kita hindari, ia akan terus mempengaruhi sendi-sendi kehidupan manusia, memporak-porandakan sistem-sistem lama dan menggantikannya dengan yang baru. Ini merupakan sesuatu yang mutlak terjadi. Maka untuk tetap bertahan menghadapi arus tersebut dibutuhkan keterampilan dan kreatifitas dari masing-masing orang. Memang keaadan ini tidak dapat dihindari, tapi bisa kita atasinya.

Richard Sennett, seorang sosiolog, menyarankan kepada kita bahwa ‘cara bijak memanfaatkan mesin adalah dengan menilai kekuatannya, dan merancang penggunaannya, dengan mempertimbangkan batas-batas diri kita dan ahli-ahli potensi yang dimiliki mesin. Singkatnya untuk menghadapi permasalah tersebut kita tidak perlu menjadi seorang genius, cukup mempelajari cara menggabungkan bakat unik kita dengan alat dan teknologi informasi yang ada.

Maka untuk menghindari kasus PHK masal dan pengganguran sebagai akibat situasi dan tantangan globalisasi saat ini, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah, sekolah-sekolah dan ividu secara pribadi untuk mengasah keahlihan(skill), dan berbagai kreativitas lainnya demi menjamin sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yang mampu bersaing dan mengolah system informasi dan teknologi di era modern ini. (*)

Related posts