Pemulung Pemilik Dua Sekolah Buka Sayembara “Ayo Bangun NTT”

  • Whatsapp
Yoseph Blikololong ketika membuka sayembara "Ayo Bangun NTT" di Lippo Plaza Kupang. (Ist)
Yoseph Blikololong ketika membuka sayembara "Ayo Bangun NTT" di Lippo Plaza Kupang. (Ist)
Yoseph Blikololong ketika membuka sayembara “Ayo Bangun NTT” di Lippo Plaza Kupang. (Ist)

KUPANG, berandanusantara.com – Ada yang menarik dari pembukaan kegiatan sayembara “Ayo Bangun NTT” di Lippo Plaza Kupang, Minggu (9/4/2017) siang. Acara yang digagas oleh Yayasan Tunas Muda Indonesia di bawah pimpinan Melki Laka Lena itu dibuka oleh seorang pemulung yang tinggal di Kota Kupang.

Yoseph Blikololong namanya. Dia merupakan tokoh yang patut dicontoh. Betapa tidak, meski hanya bekerja sebagai seorang pemulung, namun dirinya punya perhatian yang sangat serius terhadap pendidikan anak-anak kurang mampu. Bentuk perhatiannya itu dibuktikan dengan membangun sekolah.

Mungkin apa yang dilakukan pria asal Lembata itu adalah sesuatu yang mustahil bagi kebanyakan orang. Apalagi dirinya hanya seorang pemulung. Namun, itulah kenyataan yang ada. Bahkan dia punya dua sekolah sekaligus saat ini yakni, Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP).

Dalam sambutannya, Yoseph mengatakan awalnya dia tidak percaya, bahkan ragu ketika ditelpon oleh ketua Yayasan Tunas Muda Indonesia, Melki Laka Lena, yang langsung memintanya membuka kegiatan sayembara “Ayo Bangun NTT”. Dia bahkan bertanya apa kapasitasnya sehingga dipercaya membuka kegiatan itu.

“Pak Melki mengatakan saya merupakan tokoh teladan yang telah berbuat untuk NTT. Dengan bangga saya terima dan siap, apalagi kegiatan ini sangat positif bagi NTT,” jelas Blikololong.

Menurut dia, yang menjadi dorongan dalam dirinya untuk membuka sekolah justru karena pekerjaannya sendiri. Sebagai pemulung sekaligus buruh ini, dia banyak menghabiskan waktu di jalan. Di sana, dia mengamati bahwa masih banyak anak yang putus sekolah karena kondisi ekonomi yang sangat sulit.

“Anak-anak banyak yang akhirnya menjadi konjak (kernet) angkutan kota (angkot), ada yang mendorong gerobak, ada yang pemulung, berjualan koran, serta lainnya. Inilah yang menjadi panggilan hati saya,” katanya.

Kemudian, dengan dasar itu, dia kemudian mulai berupaya membuka sekolah. Aktivitas sekolah dimulai dari rumah miliknya, kemudian dia menyewa tempat yang layak bagi siswanya belajar. Semuanya semata-mata demi tercapai impiannya menyekolahkan anak-anak dari keluarga tidak mampu. Akhirnya semua itu terwujud, bahkan jumlah yang telah tamat dari sekolah miliknya mencapai ratusan siswa.

“Apa yang saya lakukan ini demi anak-anak. Dan siapapun yang punya hati dapat membantu anak-anak yang lain yang belum dijangkau pendidikan yang layak,” ujar dia. (AM)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *