Proyek Senilai Rp 6,5 Miliar Dikerjakan Tidak Sesuai Perencanaan

  • Whatsapp
Pekerjaan galian pipa. (Ryan/BN)
Pekerjaan galian pipa. (Ryan/BN)
Pekerjaan galian pipa. (Ryan/BN)

RONDA, berandanusantara.com – Proyek pembangunan saluran pengelolahan air minum di kabupaten Rote Ndao, Nusa tenggara Timur (NTT) senilai Rp 6,5 miliar diduga dikerjakan tidak sesuai perencanaan oleh kontraktor pelaksana PT Karang Teguh Abadi.

Namun, Direktur PT Karang Teguh Abadi, Vovo H Ballo, melalui pelaksana lapangan Charles Besin saat dikonfirmasi, Sabtu (26/9/2015), membantah dugaan tersebut. Menurut dia, pekerjaan yang dikerjakan oleh pihaknya sudah sesuai perencanaan.

Charles menjelaskan, kegiatan pekerjaan ini telah dimulai dengan pemasangan pipa dari titik awal yakni areal perkantoran menuju Bandara D C Saudale. Selanjutnya, diteruskan lagi ke kampung biru dan jalan simpang utomo. Untuk keseluruannya, lanjut dia, dipasang pipa dengan diameter 6 dim dimulai dari bak penampung, hingga perempatan jalan menuju arah desa Oelunggu.

“Sambungan jaringan pipa ini juga termasuk untuk kompleks perkantoran dan universitas di Rote Ndao,” ungkap Charles.

Dalam pekerjaan ini, sebut dia, telah terpasang pipa 6 dim sepanjang 5 km, pipa 4 dim 2 km dan untuk pipa 2 dim sepanjang 3 km. Dia mengaku sampai dengan saat ini keseluruan pekerjaan telah mencapai 70 persen. Meski demikian, pihaknya masih menyiapkan permohonan perpanjangan masa pekerjaan (Adendum) karena limit waktu yang ditentukan tidak memungkinkan untuk penyelesaian pekerjaan tepat waktu.

“Masa waktu pekerjaan sesuai kontrak selama 180 hari, yakni sejak 25 April sampai 25 Oktober 2015. Kami sedang siapkan permohonan addendum karena tidak mungkin kami bisa selesaikan dalam waktu tinggal satu bulan,” ungkapnya.

Dijelaskan, keterlambatan pekerjaan ini diakibatkan oleh material berupa pipa harus dilakukan pemesanan secara khusus dari pabrik yag membutuhkan waktu agak lama. Selain itu, kondisi tanah yang disiapkan pemerintah untuk pembangunan bak penampung cukup sulit saat proses penggalian. Apalagi, jelas dia, masih menggunakan tenaga secara manual oleh buruh yang dipakai.

Samuel Ndun, salah satu tokoh masyarakat setempat mengungkapkan, pipa dipasang oleh kontraktor pelaksana tanpa diuruk sebelumnya, dan setelah terpasang tidak lagi ditutup dengan pasir. Menurut dia, hal tersebut seharusnya dilakukan untuk menghindari tekanan berat secara langsung, karena letak pipa yang terpasang itu berada langsung di badan jalan.

“Apalagi pipa yang dipasang berbahan plastik, yang pasti apabila terkena beban yang berat secara berulang-ulang akan dengan mudah bocor bahkan terlepas dari sambungannya. Tujuan dari harus diuruk juga akan mudah menelusuri ketika ada kebocoran,” jelas dia.

Pantauan media ini di lokasi proyek, pekerjaan dilaksanakan tidak menggukan urukan pasir. Bahkan pipa ditindih dengan bongkahan batu besar karena dasar galian yang tidak merata.

Pengawas lapangan satuan kerja Pengembangan Air Minum dan Sanitasi (PAMS) NTT, Jhon Halundaka, saat dimintai komentarnya mengakui jika pekerjaan yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan, baik dalam hal galian maupun urukan. Meski demikian, pihaknya sedang menyiapkan surat teguran kepada kontraktor pelaksana, namun ia tidak menjelaskan perihal teguran tersebut.

“yang dikerjakan oleh Kontraktor sudah sesuai dengan ketentuan yang ada,” katanya, saat dihubungi via ponselnya. (Ryan)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *