KUPANG, BN – Komitmen PT. Nataga Raihawu Industri (NRI) dalam melindungi para pekerja dengan jaminan sosial tenaga kerja, mengantarkan perusahaan tambak garam dan pertanian asal Sabu Raijua ini masuk dalam radar Paritrana Award 2025.
PT NRI menjadi satu-satunya perusahaan dari Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bersaing di ajang bergengsi ini bersama perusahaan-perusahaan besar lainnya seperti Bank NTT. Paritrana Award sendiri merupakan penghargaan tahunan dari pemerintah yang digagas oleh Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bersama BPJS Ketenagakerjaan, didukung oleh Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Dalam Negeri. Tujuannya, mendorong tercapainya cakupan menyeluruh perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan di Indonesia.
“Kami dari PT Nataga Raihawu Industri diundang untuk wawancara di Kupang. Mereka menanyakan banyak hal, terutama seputar jaminan tenaga kerja di tambak garam kami,” ujar Marthen Dira Tome, pengarah dan penasihat PT NRI, Rabu (25/6/2025).
Menurut Marthen, saat ini sebanyak 420 pekerja di PT NRI telah mendapatkan perlindungan berupa jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua/pensiun, serta jaminan kematian. Semua jaminan itu merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat Sabu Raijua yang bekerja di sana.
“Ini bukan soal kami perusahaan besar atau kaya. Tapi karena kami sadar, mereka bukan hanya butuh pekerjaan, tapi juga jaminan dan kepastian dalam bekerja,” kata mantan Bupati Sabu Raijua dua periode itu.
Garam Berkualitas Tinggi
Marthen menambahkan, tambak garam di Sabu Raijua kini menggunakan teknologi geomembran, menghasilkan garam berkualitas tinggi dengan kadar Natrium Klorida (NaCl) mencapai 98%. Iklim panas stabil, angin yang mendukung, dan laut yang bersih menjadikan produksi garam sangat optimal — bahkan mencapai 60 ton per hektar per bulan.
Ia juga menyinggung kebijakan nasional soal garam. “Presiden Prabowo Subianto sudah mengeluarkan Perpres Nomor 17 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembangunan Pergaraman Nasional. Ini peluang emas bagi daerah seperti Sabu Raijua,” tegasnya.
Namun bagi Marthen, tambak garam bukan sekadar proyek bisnis. “Ini tentang rantai kehidupan. Tambak garam bukan hanya menciptakan pekerjaan bagi 420 orang, tapi juga membuka ruang hidup bagi para supir, buruh angkut, pemilik kendaraan, hingga pedagang kecil di dermaga dan lokasi tambak,” ujarnya penuh semangat.
Menurutnya, satu hektar tambak yang produktif bisa mempekerjakan banyak orang. “Bayangkan jika kita punya 1.000 hektar. Itu artinya ribuan orang bisa bekerja. PAD meningkat, dan uang berputar di daerah,” tegasnya.
Potensi 4.000 Hektar
Saat ini, sudah ada dua investor yang serius mengembangkan tambak garam di Sabu Raijua, dan berencana membuka lahan hingga 1.000 hektar. Dengan garis pantai sepanjang 1.026 kilometer, potensi Sabu Raijua untuk pengembangan tambak garam masih sangat besar, bisa mencapai 4.000 hektar.
“Indonesia masih impor garam dari India, China, dan Australia sebesar 2,8 juta ton per tahun. Uang itu dikirim ke luar. Kenapa tidak ke Sabu Raijua? Kami siap ambil bagian untuk memenuhi kebutuhan garam nasional dan mengurangi ketergantungan impor,” tutup Marthen, yang akrab disapa MDT atau Matade. (*/BN)