KUPANG, berandanusantara.com – Mendengar nama Ratu Wulla Talu, semua orang pasti kenal. Dia merupakan ketua Tim Penggerak PKK kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Nusa Tenggara Timur (NTT), penerima penghargaan Inspiration Woman 2016 kategori Bunda Paud terbaik se Indonesia.
Penghargaan yang diterima Ratu Wulla Talu yang juga merupakan istri Bupati SBD Markus Dairo Talu ini, bukan diperoleh secara instan. Meski baru seumur jagung memegang posisi ketua Tim Penggerak PKK, namun perjuangannya untuk pendidikan Anak Usia Dini (Paud), ternyata menjadi contoh bagi perempuan-perempuan di Indonesia.
Bekerja keras, cerdas dan bertanggung jawab, serta ikut memperjuangkan pendidikan, khususnya Paud, menjadi keseharian aktifitas sosok perempuan yang adalah mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) ini. Jiwa militansi ketika masih menjadi aktivis, ternyata terbawa hingga saat ini.
Ditemui saat menjadi narasumber dalam seminar yang digelar Pemuda Revolusi Rote Ndao (PRRN), Sabtu (10/9/2016) lalu, di Aula Koperasi Talenta Kupang, Ratu Wula Talu banyak bercerita soal perjuangannya untuk Paud di SBD. Menurut dia, dalam program, PKK menggandeng pihak pemerintahan desa untuk pendirian Paud.
“PKK bersinergi dengan pemerintah Desa agar penyaluran dana desa (ADD) bisa ditingkatkan. Salah satu manfaatnya yakni untuk tujuan pendidikan,” ungkap Ratu Wulla.
Dia berpandangan bahwa sektor pendidikan masih perlu untuk mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah. Pandangannya ini dengan alasan harus ada kader pada waktu mendatang, baik 15 sampai 20 tahun kedepan. Mengapa demikian? Agar estafet kepemimpinan daerah kedepan menjadi lebih baik.
“Di SBD sudah ada 250 Paud, sedangkan jumlah desa hanya 173. Kami terus membangun hubungan dengan SKPD terkait seperti Dinas PPO, agar program-program yang sejalan bisa dilakukan secara bersama-sama,” ujar dia.
Tidak saja gencar mendirikan Paud, dirinya bersama semua pihak terkait secara langsung turut melakukan pengawasan terhadap keberlangsungan Paud di SBD. Hal ini, menurut dia, penting dilakukan disamping pemberian bantuan, demi menjamin kualitas dan mutu pendidikan anak usia dini.
“Kami mau standar yang ada di tingkat nasional itu harus sama dengan yang ada di desa. Oleh karena itu, kami menggagas untuk membuat suatu kegiatan pelatihan untuk seluruh tutor PAUD sehingga standar yang dipakai di tingkat nasional juga dipakai di desa. Kerja sama dengan pemerintah pusat juga terus berjalan,” tandasnya.
Penghargaan yang diterimanya ini dianggap sebagai motivasi bagi kaum perempuan untuk terus berjuang. Bagi dia, selama berjuang untuk kemajuan pendidikan di SBD, dirinya sama sekali tidak berpikir untuk mendapatkan penghargaan. Namun, semuanya dilakukan murni sebagai bentuk pelayanan untuk anak-anak 0-6 tahun, yang disebutnya sebagai usia emas dan pantas mendapat perhatian.
“Penghargaan itu kriteria dari Kementrian. Namun yang paling penting adalah berjuang untuk kemajuan pendidikan di SBD,” pungkas dia. (Amandus Hote/Andyos)