Sembilan Bulan Bertugas, Daerah Perbatasan RI-RDTL Aman

  • Whatsapp
Letkol Inf Yudi Gumilar. (Foto: Lius Salu/ BN)
Letkol Inf Yudi Gumilar. (Foto: Lius Salu/ BN)
Letkol Inf Yudi Gumilar. (Foto: Lius Salu/ BN)

KEFAMENANU, berandanusantara.com – Komandan Satuan Tugas (satgas) Pengamanan Perbatasan (pamtas) RI – RDTL, Yonif 744 SYB, Letkol Inf. Yudi Gumilar mengatakan, sejauh ini pengamanan perbatasan RI-RDTL yang dilakukan oleh satuannya berlangsung aman dan kondusif.

Tidak ada persoalan luar biasa yang menonjol selain kasus penyelundupan.  Pernyataan ini ia sampaikan ketika dikonfirmasi wartawan, Rabu (12/8/2015) belum lama ini,  di ruangannya mengenai situasi keamanan di wilayah perbatasan RI – RDLT.

Menurut Yudi, selama sembilan bulan bertugas menjaga daerah perbatasan RI-RDTL terhitung dari tanggal 1 Desember 2014 hingga jelang purna tugas 31 Agustus 2015 ini, pihaknya tidak menemukan adanya masalah luar biasa yang terjadi di wilayah perbatasan selain kasus penyelundupan BBM di Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Timor Tengah Utara dan kasus penyelundupan pupuk di Motamasin, Kabupaten Malaka.

Namun intensitasnya kecil.  Malah yang terjadi adalah pihaknya berhasil mendamaikan dua warga desa beda negara yang terlibat konflik perang tahun 2013 antara masyarakat desa Nelu (Indonesia) dengan warga desa Leolbatan (Oecusse Timor Leste).

“Alhamdullilah sampai saat ini, situasi di perbatasan masih aman dan kondusif. Tidak ada masalah yang menonjol. Memang ada penyelundupan BBM dan penyelundupan pupuk namun intensitasnya kecil dibandingkan satuan-satuan sebelumnya.

“Mereka (warga desa Nelu dan warga desa Lelobatan) telah sepakat untuk berdamai. Dan rencananya awal September nanti, mereka mau mengadakan pesta adat di lokasi mereka berperang. Semuanya ini karena komunikasi dan koordinasi baik yang kita bangun bersama masyarakat dan pihak Unidade Policia Fathrulhamento (UPF) RDTL,” tandas Yudi.

Bukan hanya itu, pihaknya juga berhasil meminimalisir ketegangan warga desa Haumeni Ana dan warga Sape, Oecusse Timor Leste terkait wilayah unsurvei pada dua warga beda negara yang sampai saat ini belum diketahui secara jelas statusnya.

Yudit menuturkan, jumlah personil seluruhnya 350 orang dan tersebar di tiga kompi yakni kompi A meliputi Wini sampai Haumeni Ana, kompi B meliputi Nilulat sampai Oepoli, Kabupaten Kupang dan Kompi C terpusat di Kabupaten Malaka. “Masing-masing pos antara 14 sampai 15 orang.  Sedangkan di pos lintas batas, 17 sampai 18 orang,” tuturnya.

Yudi menuturkan, salah satu daerah yang hingga saat ini belum dijangkau oleh pihaknya untuk melakukan kegiatan yaitu daerah Naktuka, Kabupaten Kupang. Daerah Naktuka, lanjut Yudi, merupakan daerah Unreshop yang sampai saat ini belum ditentukan batasnya oleh pemerintah.

“Kita kesulitan lakukan kegiatan di sana (desa Naktuka). Karena batasnya belum ditentukan pemerintah. Namun patroli tetap kita lakukan sampai batas-batas yang kita ikuti,” tuturnya.

Kendala yang dialami personilnya selama sembilan bulan bertugas adalah kendala komunikasi. Jaringan telkomsel tidak dapat dijangkau beberapa pos. Sehingga mereka terpaksa membeli kartu Telemor untuk berkomunikasi dengan keluarga dan anak istri di Batalyon.

“Komunikasi dengan keluarga sangat sulit. Beberapa pos belum terjangkau jaringan Telkomsel sehingga terpaksa anggota membeli kartu Telemor untuk bisa komunikasi dengan keluarga dan anak istri di Batalyon,” pungkasnya. (Lius Salu)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *