Dalam konteks pertanian, keberadaan hama sangat berdampak buruk bagi petani. Untuk itu, Sekolah Lapangan pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dibentuk dengan tujuan bisa melakukan penanganan terhadap hama maupun berbagai hal yang menganggu prodikfitas pertanian, khususnya di provinsi Nusa Tenggara Timur.
“Kita harapkan dengan SLPHT ini dapat menyiapkan regu-regu ataupun kelompok yang bisa bertindak secara cepat terhadap serangan hama ataupun penyakit, yang menyerang tanaman, tanpa harus menunggu petugas dari Dinas atau Pemeritah,” ungkap Kepada Dinas Pertanian Dan Perkebunan Provinsi NTT, Yohanis Tay Ruba, di Ruang Kerjanya, belum lama ini.
Ia menjelaskan, semua regu atau kelompok yang tergabung dalam Sekolah lapangan ini merupakan masyarakat, lebih khusus para petani, yang dilatih oleh tenaga pelatih yang sangat paham terhadap pertanian dan pemberantasan hama serta penyakit tanaman. “Ini merupakan langkah yang fokusnya pada pemberantasan hama dan penyakit tanaman secara dini,” katanya.
Yohanis Tay Ruba mengungkapkan, di Sekolah Lapangan itu, masyarakat diperkenalkan dengan berbagai jenis hama dan segala macam jenis penyakit yang sering menyerang tanaman, hingga sampai kepada cara-cara antisipasi dan pengentasan terhadap hama dan penyakit tanaman tersebut.
Selain itu, jelas Tay Ruba, Sekolah Lapangan juga memberikan bimbingan kepada masyarakat yang dilatih tentang bagaimana upaya pengendalian hama terpadu. “Jadi di sana mereka bisa juga tahu tentang bagaimana cara merawat atau berkaitan dengan pemeliharaan tanaman secara baik,” jelasnya.
Dijelaskan lanjut, pengendalian hama yang diajarkan di Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu ini lewat cara mekanis maupun secara biologis, dengan menggunakan pestisida organik maupun predator yang tersedia di lokasi yang memang mengalami masalah terhadap hama dan penyakit tanaman.
Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), sebut Kadis, sudah ada di hampir semua Kabupaten yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di Sekolah lapangan tersebut sudah ditempatkan petugas yang bertugas melatih masyarakat yang sudah dibentuk dalam kelompok-kelompok, tentang bagaimana upaya pengendalian hama secara terpadu.
“Ini juga karena banyak Petani yang ada di Nusa tenggara Timur belum sama sekali mengerti dan mengenal tentang hama dan penyakit tanaman, oleh karena itu di semua sentra-sentra pertanian terus diupayakan dengan berbagai pelatihan maupun bimbingan, termasuk melalui sekolah lapangan ini,” ungkap Kadis Pertanian Dan Perkebunan.
Ditambahkan Anis Tay Ruba, kelompok-kelompok masyarakat yang telah melakukan pelatihan di sekolah lapangan ini, diharapkan bisa menjadi pemberi informasi sampai kepada petani-petani yang ada di desa-desa, dengan ilmu yang telah mereka peroleh.
Karena, menurutnya, salah satu hal yang menjadi kendala ialah keterbatasan informasi maupun sumber daya manusia di bidang pertanian yang masih sangat terbatas, sehingga peran semua stakeholders terkait sangat diharapkan guna kemajuan pertanian di NTT.
Untuk Instruktur pada Sekolah Lapangan tersebut, sebut Anys Tay Ruba, adalah yang berasal dari Dinas Pertanian, kemudian dikirim ke Balai Latihan perlindungan tanaman yang ada di Jakarta. “Jadi dalam Sekolah Lapangan ini, ada istilah pemandu lapang satu, pemandu lapang dua, serta pemandu lapang tiga,” tandasnya.
Pemandu Lapang satu adalah mereka yang berasal dari Dinas Pertanian Provinsi, Balai Penelitian Pertanian, serta akademisi. Mereka dikirim guna mengikuti pelatihan di Pusat Pelatihan yang ada di Jakarta untuk menjadi Instruktur Utama. Setelah menjadi Instruktur Utama, kemudian mereka melatih lagi yang namanya Pemandu Lapang dua. Pemandu Lapang dua adalah mereka yang berasal dari Kabupaten-kabupaten.
“Pemandu lapang dua adalah mereka yang adalah petugas dari Kabupaten, serta petugas lapangan senior yang dipandang mampu menjadi instruktur, dan seterusnya melatih lagi para kelompok masyarakat, serta para petani di lapangan” jelas Tay Ruba.
Pada intinya, kata Tay Ruba, Sekolah lapangan ini merupakan bentuk dan upaya dari Dinas Pertanian Provinsi untuk menekan serangan hama dan penyakit tanaman yang sering menyerang sebagian besar tanaman petani yang ada di Provinsi NTT. +++ Andyos.