CME Tawarkan Gagasan Baru Menuju Ekonomi yang Lebih Sehat

  • Whatsapp
Ilustrasi

JAKARTA, BN — Center for Market Education (CME) meluncurkan kajian kebijakan terbaru berjudul “Beyond Price Stability: The Role of Monetary Policy for Sustainable Growth and Social Welfare”. Dokumen ini ditulis oleh Dr. Carmelo Ferlito, ekonom senior sekaligus CEO CME dan pengajar di Universitas Prasetiya Mulya.

Dalam makalah ini, Dr. Ferlito mengajak para pembuat kebijakan dan masyarakat luas untuk meninjau ulang paradigma lama yang menempatkan stabilitas harga (inflasi) sebagai tujuan utama kebijakan moneter. Ia menilai pendekatan ini terlalu sempit dan kerap mengabaikan dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial.

Read More

Mengapa Suku Bunga Tak Bisa Disederhanakan

Ferlito menjelaskan bahwa suku bunga bukan sekadar alat untuk mengendalikan inflasi, tetapi adalah indikator penting koordinasi ekonomi antarwaktu. Ia membedakan tiga jenis suku bunga yang perlu dipahami secara tepat:

  1. Originary Rate (OR): mencerminkan preferensi waktu masyarakat (konsumsi sekarang vs. masa depan)
  2. Market Rate (MR): suku bunga yang terbentuk secara alami melalui mekanisme pasar
  3. Central Bank Rate (CBR): suku bunga buatan yang ditetapkan oleh bank sentral

Pertumbuhan ekonomi yang sehat hanya akan tercapai ketika MR = OR, yaitu saat tabungan dan investasi berada dalam harmoni alami. Sebaliknya, intervensi bank sentral dengan menetapkan CBR kerap menimbulkan distorsi, seperti gelembung aset, salah alokasi modal, dan instabilitas sistemik—bahkan saat inflasi terlihat rendah.

Tiga Sumber Kekacauan Moneter

Kajian ini juga menyoroti tiga jenis gangguan moneter yang kerap diabaikan dalam kebijakan konvensional:

  1. Inflasi Harga Konsumen
  2. Ketidakstabilan Nilai Tukar
  3. Gelembung Harga Aset (saham, properti, dll.)

Ketiganya seringkali merupakan dampak lanjutan dari suku bunga artifisial, ekspansi kredit berlebihan, dan kebijakan fiskal yang terlalu agresif.

Rekomendasi Reformasi Moneter

Dr. Ferlito menawarkan tiga rekomendasi utama:

  1. Hapuskan Central Bank Rate (CBR): Biarkan pasar menentukan suku bunga secara alami tanpa intervensi artifisial.
  2. Tata Ulang Kredit Perbankan: Masukkan pinjaman bank ke dalam penghitungan agregat moneter dan revisi mekanisme pencadangan agar lebih mencerminkan kondisi riil.
  3. Kembalikan Peran Bank Sentral dalam Aturan yang Jelas: Hindari manajemen mikro. Fokus pada menciptakan lingkungan institusional yang stabil.

Penutup: Waktu untuk Kerendahan Hati dalam Kebijakan

Sebagai penutup, Ferlito mengingatkan: kita butuh kerendahan hati dalam mengelola ekonomi. Alih-alih mengatur segalanya dari balik meja teknokratik, kita perlu membuka ruang bagi pasar untuk bekerja sesuai kodratnya.

Kebijakan moneter seharusnya membebaskan, bukan membelenggu. Dengan meninggalkan pendekatan manipulatif dan kembali pada prinsip-prinsip ekonomi yang sederhana namun kuat, Indonesia berpeluang membangun tatanan ekonomi yang lebih stabil, lebih adil, dan lebih manusiawi. (*/BN)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *