Garam Sabu Raijua Bersiap Go Internasional

  • Whatsapp
Istimewa

KUPANG, BN – Potensi garam di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat menjanjikan. Apalagi kualitas garam yang selama ini dikelola oleh PT. Nataga Raihawu Industri (NRI) memiliki kadar natrium klorida (NaCL) tak kalah dengan garam dari sejumlah negara yang masuk ke Indonesia.

Dengan kualitas yang sangat baik itu, kini garam Sabu Raijua mulai dilirik. Salah satu negara yang mulai melirik garam Sabu Raijua adalah Timor Leste. Direktur Jenderal Perindustrian Timor Leste Martins Magno bahkan telah bersurat resmi ke PT. Nataga Raihawu Industri untuk membeli garam Sabu Raijua demi memenuhi kebutuhan garam di negara tersebut.

Read More

“Selama ini mereka membeli garam dari India sehingga saat mereka melihat garam dari Sabu, mereka tertarik karena jarak tempuh yang dekat,” ungkap Penasehat dan pengarah pada PT. Nataga Raihawu Industri, Marthen Dira Tome kepada media, Rabu (12/02/2025).

Mantan Bupati Sabu Raijua ini mengungkapkan, perwakilan dari pemerintah Timor Leste akan turun ke Sabu Raijua pada akhir bulan Februari 2025. Mereka ingin melihat langsung stok garam yang ada di Sabu Raijua serta melihat tambak yang sedang dikerjakan oleh PT. Nataga Raihawu Industri.

Marthen Dira Tome berharap hal ini adalah langkah maju tidak hanya bagi perusahaan tapi juga bagi Sabu Raijua kedepan. Menurutnya, Pemerintah Timor Leste tidak hanya ingin membeli garam dari Sabu Raijua. Secara khusus mereka juga meminta agar pihak PT. Nataga Raihawu Industri bersedia mendampingi mereka di Timor Leste yang juga akan membangun tambak garam di negera yang berbatasan langsung dengan Indonesia ini.

“Kami diminta khusus untuk mendampingi mereka di Timor Leste karena mereka juga akan membangun tambak garam. Katanya mereka juga sudah pernah buat tapi kemudian rusak sehingga mereka minta kita dampingi mereka di sana dalam membangun tambak garam,” ujar Dira Tome.

Benahi Perusahan

PT Nataga Raihawu Industri sampai saat ini sedang melakukan pembenahan perusahan agar bisa mandiri. Selama ini PT Nataga Raihawu Industri ditopang oleh perusahan lain. Untuk itu, pembenahan ini menjadi sebuah hal yang penting karena selain mandiri, PT. Nataga Raihawu Industri bisa mensejahterakan anak buahnya yang jumlahnya mencapai 500-an orang.

“Selama ini, semua pengeluaran, termasuk gaji karyawan, kita dibantu atau ditopang oleh perusahaan lain. Kita tidak boleh bergantung atau menetek terus dari pihak lain. Kita harus mandiri supaya perusahaan ini sehat,” kata Marthen Dira Tome.

Marthen mengungkapkan bahwa selama ini para petani garam yang bekerja di PT. Nataga Raihawu Industri digaji Rp1.250.000 per bulan. Dengan upaya kemandirian perusahan saat ini memang belum dibayar penuh, namun pada saat panen mendatan, seluruhnya akan dibayar penuh sesuai dengan kesepakatan kerja.

Dia mengakui bahwa, kebijakan yang ditempuh oleh perusahaan menimbulkan banyak isu miring di luar yang coba dimainkan oleh pihak-pihak yang tidak suka dengan keberadaan PT.  Nataga Raihawu Industri di Sabu Raijua. Dia meminta agar para karyawan tambak garam maupun masyarakat tidak usah terpengaruh dengan siu yang sengaja dihembuskan secara liar untuk merugikan perusahaan.

“Yang kita lakukan adalah menata cash flow perusahaan yang tidak lagi mau ditopang oleh pihak lain. Saya minta kita tetap bekerja dan ketika garam sudah laku maka kita selesaikan gaji sesuai dengan kontrak kita,” tegasnya.

Marthen Dira Tome lebih jauh menjelaskan, persoalan Cash Flow yang berdampak pada gaji karyawan belum bisa dibayarkan secara utuh lantaran terputusnya rantai pasok garam dari Sabu Raijua kepada para pengusaha yang memiliki perusahaan di Pulau Jawa. Rantai itu terputus karena sejak tahun 2017 silam, garam di Sabu Raijua tidak lagi berproduksi dan memenuhi kebutuhan perusahaan yang selama beberapa waktu membeli garam dari Sabu Raijua.

Saat ini kata Marthen Dira Tome, pihaknya sedang melakukan pendekatan kembali dengan para pengusaha yang dulu membeli garam dari Sabu Raijua sehingga mereka kembali menjalin hubungan bisnis untuk membelki garam dari Sabu Raijua. Jika garam yang ada di gudang terjual habis maka sudah bisa membiayai gaji karyawan untuk dua hingga tahun kedepan serta bisa mengembangkan lahan tambak menjadi lebih luas dan bisa menampung lebih banyak pekerja.

“Jadi bukan seperti kata orang bahwa garam kita tidak laku. Kita punya garam yang sangat berkualitas. Kita hanya kehilangan kepercayaan dari pengusaha dari luar yang selama ini membeli garam dari Sabu karena kita kehabisan stok. Jika garam kita sudah terjual habis maka cash flow kita akan berjalan lancar dan apa yang menjadi hak karyawan akan segera kita selesaikan. Kita harap dalam beberapa waktu kedepan, garam sudah bisa terjual,” harap Marthen.

Marthen Dira Tome mengaku optimis dengan kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang akan menghentikan impor garam konsumsi tahun 2025 ini. Kebijakan tersebut adalah angin segar bagi daerah yang sedang mengembangkan lahan garam dimana salah satu daerah yang kini gencar membuka lahan tambak garam adalah Sabu Raijua yang oleh menteri KKP telah ditetapkan sebagai modeling pembangunan tambak garam di Indonesia, sehingga bisa berkontribusi dalam pemenuhan garam konsumsi nasioal.

“Kami dari PT Nataga Raihawu Industri telah diundang oleh kementerian KKP untuk mengikuti rapat terkait dengan kebijakan penghentian impor garam dan bagaimana memenuhi kebutuhan garam konsumsi dalam negeri,” ungkap Marthen.

Efek Domino

Membangun Tambak garam di Sabu Raijua kata Marthen Dira Tome, bukan hanya soal tersedianya lapangan kerja semata, tapi ini tentang cinta pada Sabu Raijua dan rantai kehiduapan yang ada di dalamnya. Tambak garam, bukan juga hanya mimpi belaka, tapi telah menghasilkan kristal putih yang asin dan telah memberi kehidupan bagi 450 pekerja.

Semakin luas tambak garam dibangun maka, semakin banyak lapangan pekerjaan tercipta. Semakin banyak orang yang hidup lewat rantai kehidupan ekonomi yang terbangun. Tidak hanya pekerja, tapi buruh bagasi, para supir dan pemilik angkutan, hingga para pedagang kaki lima di dermaga dan lokasi tambak garam

“Ini tambak garam bukan hanya tentang garam saja, tapi tambak garam ini tentang lapangan kerja dan kenikmatan lain yang bisa diterima oleh orang lain. Tambak garam itu, selain mereka mendapat upah disana, mereka juga menerima BPJS Ketenagakerjaan, kalau sakit mereka bisa berobat gratis karena sudah dijamin BPJS. Kalau mereka kecelakan maka mereka ditanggung oleh BPJS,” jelasnya.

“Kalau mereka meninggal maka akan mendapatkan santunan 42 juta dan 2 orang anaknya akan ditanggung hingga selesai kuliah. Kalau sudah lelah dan ingin berhenti atau sudah tua, maka ada jaminan hari tua yang disiapkan dan juga ada tabungan pensiun. Itu semua sudah disiapkan oleh perusahaan,” pungkas Marthen Dira Tome. (*/BN)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *