Harumkan Sabu Raijua, PT Nataga Raihawu Industri Raih Paritrana Award 2025

  • Whatsapp
Marthen Dira Tome (kanan) saat menerima Paritrana Award 2025, di Hotel Harper Kupang. (Foto: istimewa)

KUPANG, BN – Sebuah perusahaan lokal bernama PT Nataga Raihawu Industri (NRI) menorehkan prestasi besar. Di tengah dominasi perusahaan-perusahaan mapan, NRI berhasil menyabet Juara III pada Paritrana Award 2025 dalam kategori Usaha Menengah-Besar Sektor Perkebunan, Pertanian, Peternakan, dan Perikanan.

Kemenangan ini bukan hanya sebuah pengakuan atas kinerja perusahaan dalam memberikan perlindungan jaminan sosial kepada para pekerja, tetapi juga menjadi representasi dari sebuah semangat bahwa dari daerah kecil seperti Sabu Raijua, lahirnya model usaha yang tidak hanya produktif, tetapi juga berpihak pada manusia.

Read More

Paritrana Award, yang digagas oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bersama BPJS Ketenagakerjaan, adalah ajang bergengsi yang diberikan kepada institusi, lembaga, dan perusahaan yang memiliki komitmen terhadap perlindungan tenaga kerja. Di ajang ini, PT Nataga Raihawu Industri masuk dalam radar karena kepedulian mendalam terhadap pekerja tambaknya.

“Kami tak pernah berpikir untuk mendapat penghargaan. Niat kami hanya satu, yakni bagaimana pekerja terlindungi dengan layak,” tutur Marthen Dira Tome, pendiri dan pengarah PT NRI, dalam wawancara khusus di Kupang, Selasa (22/7/2025).

Sebanyak 420 pekerja tetap NRI mendapat manfaat perlindungan sosial yang mencakup jaminan kecelakaan kerja, jaminan kesehatan, jaminan hari tua, jaminan kematian, dan tentu saja kepesertaan dalam program BPJS Ketenagakerjaan. Mereka semua adalah warga Kabupaten Sabu Raijua, yang sebagian besar sebelumnya hidup tanpa kepastian pekerjaan atau perlindungan.

Marthen menjelaskan, perusahaan tidak pernah dibangun dari ambisi kekayaan, tapi dari kesadaran sosial. Ia menyebut pekerjanya sebagai bagian dari komunitas yang harus diberi jaminan hidup.

“Ini bukan soal siapa punya uang lebih. Ini soal siapa punya hati untuk memberi lebih,” ujarnya, penuh keyakinan.

PT NRI bergerak di sektor tambak garam, dengan penggunaan teknologi geomembran yang memungkinkan produksi garam berkualitas tinggi. Garam dari Sabu Raijua memiliki kadar Natrium Klorida (NaCl) hingga 98%, menjadikannya salah satu garam lokal dengan kualitas ekspor.

Dengan dukungan cuaca panas stabil, angin yang konstan, dan laut yang belum tercemar, satu hektar tambak garam di Sabu Raijua bisa menghasilkan 45–60 ton per bulan. Potensi ini membuat Marthen Dira Tome percaya bahwa Sabu Raijua bisa menjadi pusat pergaraman nasional, bahkan pengganti utama kebutuhan garam impor Indonesia yang saat ini masih sangat tinggi.

“Hari ini kita masih impor 2,8 juta ton garam dari India, China, Australia. Sementara kita punya daerah seperti Sabu Raijua yang bisa produksi dengan kualitas terbaik,” tegasnya.

Lebih dari sekadar tambak dan garam, yang dibangun PT NRI sejatinya adalah rantai ekonomi rakyat. Di balik satu hektar tambak garam, berdiri banyak kehidupan: mulai dari petani garam, buruh angkut, supir, pemilik truk, hingga pedagang kaki lima di sekitar lokasi tambak.

“Kalau kita bisa kelola seribu hektar tambak garam, maka ribuan orang akan hidup dari situ. Uang berputar, ekonomi lokal tumbuh. Tidak cuma pekerja, tapi semua orang yang terhubung dalam ekosistem tambak,” ujar mantan Bupati Sabu Raijua dua periode itu.

Marthen menggarisbawahi bahwa garam bukan sekadar komoditas. Bagi Sabu Raijua, garam adalah strategi keluar dari kemiskinan, bahkan menjadi cara baru melihat pembangunan berbasis potensi lokal.

Dalam konteks nasional, perhatian terhadap industri garam mulai menunjukkan arah strategis. Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2025 tentang percepatan pembangunan industri garam nasional. Langkah ini selaras dengan cita-cita NRI untuk menjadikan Sabu Raijua sebagai tulang punggung produksi garam nasional.

“Kalau kita serius bangun garam, kita bukan saja jadi mandiri, tapi kita juga mengangkat daerah-daerah seperti Sabu Raijua keluar dari ketertinggalan,” ucap Marthen.

Saat ini sudah ada dua investor yang mulai masuk ke Sabu Raijua untuk mengembangkan industri garam. NRI sendiri telah menjajaki kemungkinan memperluas lahan tambaknya hingga mencapai 1.000 hektar, sementara potensi total lahan tambak di Sabu diperkirakan mencapai 3.000–4.000 hektar, dengan panjang garis pantai 1.026 km.

Tambak juga tak hanya bisa dibangun di atas pasir, tetapi bisa memanfaatkan lahan karang yang selama ini tidak termanfaatkan. Ini menjadi peluang besar bagi pengembangan model industri garam terpadu berbasis potensi lokal.

Melalui prestasi Paritrana Award 2025, PT Nataga Raihawu Industri tidak hanya mendapat penghargaan. Mereka telah menyampaikan sebuah pesan kuat bahwa keberpihakan kepada pekerja, pemanfaatan sumber daya lokal, dan tekad membangun dari pinggiran bisa menjadi jalan menuju keadilan ekonomi nasional.

“Sabu Raijua ingin mengambil bagian dalam sejarah Indonesia. Bukan dengan cara meminta, tapi dengan bekerja dan menghasilkan,” pungkas Marthen Dira Tome, penuh semangat. (*/BN)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *