KUPANG, BN – Kota Kupang baru saja merayakan tonggak sejarahnya: 139 tahun berdiri sebagai kota dan 29 tahun sebagai daerah otonom. Upacara peringatan yang digelar Jumat pagi (25/4/2025) di halaman Kantor Wali Kota Kupang, lebih dari sekadar seremonial tahunan. Pidato Wali Kota dr. Christian Widodo menandai sebuah pesan kuat tentang arah baru pemerintahan: memerintah berarti melayani.
Dalam sambutannya, dr. Christian menegaskan bahwa otonomi daerah tidak boleh berhenti sebagai sebatas kewenangan administratif. Ia menekankan perlunya menghadirkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada rakyat, dengan semangat pelayanan sebagai fondasi utama. “To govern is to serve,” ujarnya, menggarisbawahi bahwa jabatan publik adalah tentang pengabdian, bukan kekuasaan.
Tiga nilai utama — kolaboratif, adaptif, dan melayani — menjadi pilar yang ditekankan dalam membangun pemerintahan yang relevan dengan tantangan zaman. Di tengah perubahan cepat, terutama di era digital, kemampuan beradaptasi menjadi kunci mempertahankan efektivitas pemerintahan. Seperti analogi yang dipakai Wali Kota, “Kita tidak bisa mengubah arah angin, tetapi bisa mengubah arah layar.”
Tak hanya berhenti pada retorika, Wali Kota Kupang juga menyampaikan berbagai capaian konkret. Sanitasi rumah tangga kini mencakup hampir 80% wilayah, sementara kondisi jalan menunjukkan perbaikan signifikan di atas 62%. Di sisi ekonomi, geliat pemulihan pasca pandemi mulai terasa lewat kegiatan-kegiatan kerakyatan seperti pawai Paskah yang melibatkan ratusan UMKM dengan perputaran uang miliaran rupiah dalam sehari.
Namun tantangan besar tetap ada, terutama soal penanganan sampah. Wali Kota menegaskan komitmen mempercepat implementasi roadmap pengelolaan sampah, dengan melibatkan camat hingga RT sebagai ujung tombak perubahan. Penanganan sampah dinilai bukan sekadar soal kebersihan, melainkan bagian dari tanggung jawab antargenerasi.
Yang menarik, dr. Christian juga mengingatkan bahwa membangun kota bukan sekadar menumpuk bangunan, tetapi membangun jiwa sosial yang toleran dan lingkungan yang manusiawi. Sebuah visi kota masa depan yang tidak hanya terukur lewat beton dan aspal, tetapi juga lewat udara bersih, taman hijau, transportasi layak, dan masyarakat yang harmonis.
Menutup sambutannya, Wali Kota mengutip pepatah Latin, “Ubi concordia ibi victoria” — di mana ada persatuan, di situ ada kemenangan. Sebuah pengingat bahwa mimpi besar tentang Kota Kupang yang lebih baik hanya mungkin terwujud jika seluruh elemen masyarakat bergerak bersama, dengan kerja tim sebagai kekuatan utama.
Melalui refleksi ini, jelas bahwa HUT Kota Kupang kali ini bukan sekadar selebrasi, melainkan panggilan untuk memperbaharui komitmen: menjadikan pemerintahan sebagai pelayanan, dan kota ini sebagai rumah yang layak diwariskan kepada generasi berikutnya. (*/BN)