ROTE NDAO, BN – Aksi unjuk rasa di depan Mapolres Rote Ndao pada Selasa (9/9/2025) berujung ricuh. Massa yang hendak mendekati gerbang keluar Mapolres dihadang puluhan polisi. Ketegangan pecah saat seorang wanita dipukul di bagian kepala menggunakan pentungan, disusul pemukulan terhadap seorang aktivis hingga mengalami luka serius dengan darah bercucuran.
Tindakan represif aparat itu memicu kemarahan massa. Orasi yang sebelumnya berjalan damai berubah menjadi teriakan kecaman keras terhadap Polres Rote Ndao. Massa menilai tindakan aparat tidak pantas dilakukan kepada warga yang hanya ingin menyampaikan aspirasi agar Erasmus Frans Mandato dibebaskan.
Wanita yang menjadi korban diketahui merupakan saudari dari Erasmus Frans. Ia berusaha menenangkan massa agar tidak membuat keributan, namun justru menjadi sasaran pemukulan aparat di depan gerbang Mapolres.
Insiden itu membuat situasi semakin panas. Seorang aktivis bernama Melianus juga dihantam pentungan di bagian kepala hingga luka parah. “Kami tidak kasar, kami hanya ingin orasi di depan gerbang. Tapi aparat halangi, kepala saya bocor dipukul pentungan. Saya akan visum dan lapor ke Propam Polda NTT,” tegas Melianus saat ditemui di lokasi.
Meski sempat terjadi kericuhan, hingga pukul 18.00 WITA massa akhirnya membubarkan diri. Namun mereka berjanji akan kembali berunjuk rasa esok hari dengan jumlah peserta yang lebih besar.
Aksi demonstrasi hari ini merupakan hari ketiga sejak penahanan Erasmus Frans Mandato. Dalam orasinya, massa mengecam Kapolres Rote Ndao AKBP Mardiono, S.ST, M.KP yang dinilai gagal melindungi kepentingan rakyat kecil dan justru berpihak kepada perusahaan.
Nama Erasmus Frans kembali digaungkan dalam aksi itu. Ia disebut sebagai mantan anggota DPRD dua periode, tokoh olahraga yang pernah mengharumkan NTT di ajang PON, dan penggerak pariwisata Rote Ndao. “Dia bukan penjahat, dia pejuang. Apa yang diperjuangkan Erasmus adalah masa depan ekonomi lokal dan pariwisata Rote,” teriak massa, menolak cap kriminal terhadapnya.
Tak hanya menuntut pembebasan Erasmus Frans, massa juga mendesak Kapolri mencopot Kapolres AKBP Mardiono karena dianggap gagal menjaga marwah kepolisian. Sepanjang aksi berlangsung hingga bubar, Kapolres Rote Ndao tidak menemui massa yang berunjuk rasa. (*/BN)