GMIT Latih Juru Bahasa Isyarat Menuju Pelayanan Inklusif

  • Whatsapp
Pelatihan juru bahasa isyarat yang diselenggarakan Sinode GMIT. (Foto: istimewa)

KUPANG, BN – Sinode GMIT melalui Pengurus Insan dengan Disabilitas menggelar Pelatihan Juru Bahasa Isyarat bagi wilayah pelayanan Klasis Kota Kupang, Kota Kupang Timur, dan Kota Kupang Barat. Kegiatan yang berlangsung di Gedung Gereja Jemaat GMIT Paulus Kupang pada 26–27 Agustus 2025 ini merupakan upaya menuju pelayanan gereja yang lebih inklusif bagi penyandang disabilitas.

Pelatihan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pelayanan di lingkungan GMIT, sekaligus mendorong gereja-gereja menyediakan fasilitas yang ramah disabilitas.

Read More

Kegiatan dibuka dengan ibadah inklusif yang dipimpin Pdt. Leny H.F. Gana-Mansopu. Dalam ibadah itu, insan disabilitas dilibatkan sebagai petugas liturgi: Agustinus Dilak, penyandang tunanetra, membacakan Alkitab dengan huruf braille, sementara Pratama Risky Jusufi Lodo, S.Pd., juga tunanetra, mengiringi ibadah dengan organ.

“Saya merasa bahagia melihat ibadah yang benar-benar tanpa sekat, semua insan bisa beribadah kepada Tuhan,” ujar Pdt. Leny dalam khotbahnya.

Pendeta Saneb Y.E. Blegur menegaskan isu ramah disabilitas adalah agenda strategis pemerintah. Karena itu, langkah GMIT mendapat dukungan penuh. “Bahasa isyarat adalah jembatan pemberitaan Injil agar jemaat dengan keterbatasan pendengaran juga terjangkau,” katanya.

Ketua Umum Panitia, Wildrian Ronald Otta, menambahkan bahwa meski pelatihan ini belum menjangkau semua ragam disabilitas, GMIT telah menunjukkan keberpihakan pada pelayanan inklusif.

Wali Kota Kupang melalui Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Marlen Detaq, menyampaikan apresiasi atas inisiatif GMIT. “Pelatihan ini menjadi babak baru kolaborasi strategis antara gereja, pemerintah, dan masyarakat. Kita tidak berhenti pada belas kasihan, tetapi memberi ruang nyata agar saudara-saudara disabilitas menjadi subjek aktif,” ujarnya.

Materi pelatihan mencakup etika berinteraksi dengan penyandang disabilitas yang dibawakan Dina Noach, penyandang disabilitas fisik. Selanjutnya, fasilitator dari Komunitas Tuli Kupang melatih 41 peserta mengenai bahasa isyarat dasar, mulai dari abjad, angka, hingga istilah sehari-hari yang disesuaikan dengan konteks daerah Kupang.

Pelatihan difasilitasi oleh Ritasari Boling (juru bahasa isyarat), Fransky Nithanel Loa, Novelita P.B. Libing, Permata Barbara Kuma Kleden (Komunitas Tuli Kupang), serta Ike Beauty Mauboy (juru bahasa isyarat). (*/BN)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *