ATAMBUA, BN – Jalan politik boleh saja berliku, namun tekad Jane Natalia Suryanto untuk berbuat bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) tak pernah padam. Dua kali gagal melangkah ke Senayan maupun Gedung Sasando tidak membuat langkahnya surut. Justru dari balik kegagalan itu lahir karya nyata yang kini dirasakan langsung masyarakat di desa-desa.
Melalui Kebun Jane yang dikembangkan di Kabupaten Sumba Timur dan Belu, serta program peternakan ayam petelur dan “Babi Sehat” di Rote Ndao, Jane terus membuktikan bahwa pengabdian tidak harus menunggu jabatan politik. Jumat (5/9/2025), komitmen itu berbuah nyata lewat panen perdana Kebun Jane di Belu dengan hasil sekitar 15 ton hortikultura.
Cabai, labu, melon madu, semangka, hingga edamame dan jagung siap panen menjadi tanda keberhasilan sistem pertanian modern yang baru dibuka pada Februari 2025. “Panen perdana ini bukti bahwa profesionalisme yang dibarengi ketulusan hati akan selalu membuahkan hasil,” ujar Jane dengan mata berkaca-kaca.
Bagi Jane, keberhasilan terbesar bukan sekadar hasil panen, melainkan kesempatan untuk membuka lapangan kerja bagi warga sekitar. “Kini ada 35 orang yang bekerja tetap dan sejumlah tenaga harian yang membantu. Itulah kebanggaan terbesar saya,” ungkapnya.
Kehadiran Jane di Belu mendapat sambutan hangat. Ignatius Ati Koli, Anggota DPRD Belu sekaligus kader PAN, menilai langkah Jane sebagai sesuatu yang luar biasa.
“Sebagai wakil rakyat saya saja belum bisa melakukan seperti yang Ibu Jane lakukan. Beliau membuka lahan luas, menanaminya, memberi pekerjaan, dan membawa harapan baru bagi Belu. Ini layak kita dukung sepenuh hati,” katanya.
Sebagai Wakil Ketua DPW PAN NTT, kiprah Jane pun menjadi inspirasi bagi jajaran partai. Ati Koli menegaskan, “Kami PAN Belu siap mendukung penuh. Tapi yang lebih penting, masyarakat harus ikut menjaga dan merawat Kebun Jane ini agar tetap eksis dan memberi manfaat bagi semua.”
Hal serupa disampaikan Inosensius Leo Manehat, Sekretaris Desa Fatuba’a. Baginya, Kebun Jane bukan hanya membuka peluang ekonomi, tetapi juga menghadirkan model pertanian modern di tengah masyarakat yang masih bertumpu pada pola tradisional.
“Dari dulu kami bertani dengan cara turun-temurun, hasilnya terbatas. Kehadiran Ibu Jane memberi contoh bahwa dengan teknik modern, tanah kita bisa memberi hasil lebih. Hari ini panennya nyata di depan mata,” ungkapnya.
Jane Natalia Suryanto yang akrab disapa Ibu Jane, Kak Jane, atau Sis Jane ini tampaknya menemukan cara baru untuk melayani rakyat dengan turun langsung bekerja di akar rumput. Alih-alih menunggu momentum politik, ia memilih menghadirkan solusi di bidang yang menjadi nadi kehidupan masyarakat NTT, yakni pertanian dan peternakan. (*/BN)