KEFAMENANU, berandanusantara.com – Sesuai hasil evaluasi tingkat regional pusat, dari 24 Kabupaten Kota di Nusa Tenggara Timur (NTT), Kabupaten Timor Tengah Utara merupakan satu-satunya Kabupaten yang sistem pelayanan perpustakaan masih bersifat manual.
Kabupaten TTU merupakan Kabupaten ke dua puluh empat dari belakang lantaran sistim pelayanan yang digunakan masih bersifat manual.
“Berdasarkan hasil evaluasi tingkat regional di pusat, ternyata kita di NTT dari 24 Kabupaten Kota, kita TTU merupakan Kabupaten ke empat dari belakang,” tandas kepala perpustakaan daerah kabupaten TTU, Drs. Dominikus Opat di Kefamenanu, belum lama ini.
Penyebabnya, kata dia, sistem pelayanannya masih bersifat manual. Selain itu juga faktor sosialisasi kepada masyarakat selama ini masih jauh panggang dari api. Sehingga rasa memiliki dari masyarakat terhadap perpustakaan itu seperti apa tidak ada.
Pengamatan dia, bagi masyarakat umum perpustakaan hanya merupakan pusat buku. Padahal sesungguhnya bahwa saat ini, perpustakaan sebenarnya bukan pusat buku tetapi pusat akses informasi.
“Berbicara soal perpustakaan berarti bicara soal informasi. Informasi apa saja bisa diakses di sini (perpustakaan Red-). Saya katakan demikian biar masyarakat tahu dan paham apa itu perpustakaan,” tandasnya.
Dikatakan, saat ini pihaknya sudah membangun komunikasi dengan pemerintah pusat, propinsi maupun kabupaten agar secepatnya diberlakukan pelayanan secara on line.
“Pak Bupati sudah mengiyakan. Namun saat ini masih berproses. Kita berharap pada bulan September tahun ini, sudah ada ketersediaan alat yang baik sehingga secepatnya kita berlakukan sistim pelayanan secara on line,”katanya.
Terkait buku-buku yang ada saat ini, dia mengatakan sejak tahun 2007 lalu pengadaan buku-buku yang ada sudah menjawab kebutuhan kwalitas membaca masyarakat, meskipun belum maksimal. Ia mengaku saat ini pihaknya terkendala pada buku panduan untuk desa-desa, buku panduan tersebut untuk menjawab kebutuhan di setiap desa sesuai produk andalan desa-desa tersebut.
“Kita terkendala sedikit soal buku panduan terutama kebutuhan di desa. Namun saya sudah perintahkan teman-teman di perpustakaan agar pada saat ke desa, mendata kebutuhan-kebutuhan buku yang sesuai dengan produk desa tersebut. Misalkan di desa A produk andalannya ternak kita berikan buku panduan cara beternak yang baik. Kita sesuaikan dengan produk andalan tiap desa, begitupun di sekolah-sekolah.
Untuk perpustakaan keliling, dia mengatakan bertujuan untuk menumbuhkembangkan minat baca anak-anak sekolah sekaligus mengidentifikasi aneka persoalan pada sekolah-sekolah tersebut. Perpustakaan keliling diberlakukan hanya pada sekolah yang benar-benar membutuhkan.
“Kita sudah laksanakan namun dibatasi pada sekolah yang benar-benar membutuhkan. Walaupun demikain kita mengharapkan agar dengan adanya pelayanan secara online, sekolah-sekolah di Kabupaten TTU mendapatkan pelayanan perpustakaan keliling. Perpustakaan keliling ini, kita lakukan pertriwulan sesuai perencanaan kita. Dan sekarang ini adalah triwulan pertama,”pungkasnya. (lius salu)