Digaji Rp 100.000 per bulan, Ini Harapan Guru di Pedalaman TTS

  • Whatsapp
Aktivitas Guru SMK Kristen Huetaln, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT
Aktivitas Guru SMK Kristen Huetaln, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT
Aktivitas Guru SMK Kristen Huetaln, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT

SOE, berandanusantara.com – Kesejahteraan guru honorer yang mengabdi di sekolah yang berada di pedalaman Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), memang masih jauh dari harapan.

Seperti yang dialami Adrianus Maneno, Petronela Kenjam dan Meliana Eba. Tiga orang guru muda yang mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kristen Huetalan di Desa Huetalan, Kecamatan Tobu, TTS ini setiap bulan hanya menerima gaji sebesar Rp 100.000.

Dengan besaran gaji yang hanya cukup untuk membeli beras 10 kilogram itu, tak menyurutkan semangat ketiganya untuk mengajar para murid yang kebanyakan berasal dari latar belakang keluarga yang tidak mampu.

Adrianus Maneno, Petronela Kenjam dan Meliana Eba, ketika ditemui wartawan, Selasa ( 24/11/2015) kemarin, mengaku menikmati pekerjaan mereka, meski dengan kondisi gaji yang jauh jika dibandingkan dengan gaji pembantu rumah tangga dan buruh bangunan.

“Setiap bulan kami hanya terima gaji Rp 100.000. Karena sekolah kami ini swasta, maka gaji yang kami peroleh ini, dikasih melalui sumbangan dari para siswa,”kata Adrianus yang diamini Petronela dan Meliana.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Adrianus,Petronela dan Meliana yang mengaku berasal dari Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), terpaksa membuka usaha kecil-kecilan di rumah orang tua angkat mereka di Desa Huetalan.

“Kami bertiga ini orang Kefa (TTU). Saya dan Petronela, tamatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Negeri Timor (Unimor) Kefamenanu, sedangkan Meliana adalah tamatan FKIP Universitas PGRI Kota Kupang. Di desa ini kami tinggal bersama orang tua asuh yang dengan senang hati mau menerima kami. Setiap hari selain mengajar kami juga membuka usaha kios kecil-kecilan,” kata Adrianus.

“Meski gaji kami kecil, tapi semangat kami hanya pengabdian untuk anak-anak di desa ini yang juga punya semangat yang sama untuk belajar.  Kami tetap mengabdi, karena dari pada ilmu kami mati, mendingan kami transferkan kepada 45 murid di sekolah ini,”sambungnya.

Menurut Adrianus yang mengasuh mata pelajaran ekonomi, jumlah guru di SMK Kristen Huetalan sebanyak sembilan orang. Hanya satu orang guru yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yakni kepala sekolah, sedangkan sisanya masih guru honorer dengan gaji sama yakni Rp 100.000.

“Selama satu bulan kalau kami hidup dengan Rp 100.000 memang tidak cukup. Kalau kami yang laki-laki mungkin masih mendingan, tetapi guru yang perempuan tentu mengalami kesulitan karena kebutuhan mereka terlalu banyak,”kata Adrianus.

“Harapannya sebagai guru yakni dengan keterbatasan gaji kami dan juga bangunan sekolah kami yang belum permanen, kalau bisa pemerintah bisa memberi perhatian serius,” pungkasnya. (KOMPAS.com/flobamoratas)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *