Ibrahim Medah Terima Penghargaan Tokoh Kristiani Nasional Tahun 2015

  • Whatsapp
Ibrahim Medah saat menerima penghargaan Majalah Narwastu. (Ist)
Ibrahim Medah saat menerima penghargaan Majalah Narwastu. (Ist)
Ibrahim Medah saat menerima penghargaan Majalah Narwastu. (Ist)

JAKARTA, berandanusantara.com  – Senator/Anggota DPD RI asal provinsi Nusa Tenggara Timur Drs. Ibrahim Agustinus Medah dinobatkan menjadi salah satu dari 21 tokoh Kristen Nasional 2015 versi Majalah Narwastu. Majalah Narwastu adalah salah satu Majalah Krsitiani terbesar di Indonesia.

Pemberian penghargaan (award) atau tanda kasih kepada Ibrahim Agustinus Medah beserta 20 tokoh Kristen lainnya itu digelar pada Jumad (15/1/2016) di Gedung LPMI Jl. Proklamasi, Jakarta Pusat. Acara itu dirangkai dengan Perayaan Natal 2015 dan Tahun Baru 2016 yang dihadiri tokoh-tokoh Krsiten dari berbagai latar belakang.

Pimpinan Umum/Pimpinan Redaksi Narwastu, Jonro I. Munthe, S.Sos mengatakan, tokoh-tokoh Kristiani yang diberikan penghargaan itu merupakan sosok yang diapandang patut untuk diteladani karena karya-karya dan perhatiannya terhadap gereja, masyarakat dan bangsa.

“Ada tiga kriteria utama yang dibuat tim Redaksi Narwastu untuk memilih para tokoh itu diantaranya pertama, tokoh itu harus populer dalam bidangnya, kedua, peduli pada persoalan Gereja, Masyarakat, dan Nasionalis, dan ketiga, tokoh itu sering tampil di media karena pemikiran yang inovatif, aktifitasnya atau gagasan-gagasannya yang selalu menginspirasi dan memotifasi masyarakat dan jemaat untuk maju menuju kesejahteraan,” ujar Pemred Narwastu Jonro I. Munthe dalam acara malam penganugerahan itu.

Dikataknnya, tidak mudah memilih seseorang menjadi Tokoh Kristiani karena harus mengikuti kiprah dan rekam jejaknya melalui media.

“Ada seratus lebih tokoh yang masuk dalam kriteria kami dan tim kami lalu menyaringnya sehingga mendapatkan 21 tokoh,” sebutnya.

Penganugerahan itu kata dia, sebagai wujud apresiasi Majalah Narwastu sebagai media yang mengikuti dan mencermati kiprah para tokoh Kristiani ini dalam kehidupan bergereja, bermasyarakat dan berbangsa.

Pdt. DR. Nus Reimas yang memimpin Perayaan Natal dan Tahun Baru bersama itu dalam khotbanya menyinggung soal teror bom yang terjadi di Jakarta.

“Masih banyak goncangan hidup yang harus kita lalui dan hadapi kedepan, tetapi Tuhan dapat melakukan jauh lebih banyak yang kita doakan dan kita pikirkan. Saya tidak mengerti tentang dunia ini, banyak hal yang saya tidak mengerti tetapi saya percaya bahwa Tuhan melakukan jauh lebih banyak. Demikian pula dengan perjuangan kita baik sebagai pribadi, pelayan umat, tokoh dan sebagai cendikiawan serta pemimpin Kristiani di tengah Gereja, Masyarakat dan Bangsa,” katanya.

Sementara itu Ibrahim Agustinus Medah, usai menerima penghargaan itu mengatakan apresiasi yang tinggi kepada Manajemen Majalah Narwastu yang rupanya selama ini secara diam-diam memantau semua kinerja dan dedikasinya terhadap gereja, masyarakat dan bangsa dalam berbagai kapasitas. Baik sebagai Bupati Kupang, Ketua DPRD NTT dan kini menjadi senator atau anggota DPD RI.

“Penghargaan ini tentu menjadi motivasi tambahan bagi saya untuk terus berkarya dalam kapasitas saya sebagai senator asal NTT dan sekaligus sebagai warga Gereja untuk memajukan jemaat dan masyarakat NTT yang telah memilih saya,” katanya.

Saat ini, kata Medah, pihaknya tengah menggagas penanaman ubi ungu dalam skala besar di NTT yang diyakininya mampu meningkatkan perekonomian masyarakat NTT di tengah lahan pertanian yang selalu dilanda kekeringan setiap tahun.

“Kondisi NTT yang dengan curah hujan yang sangat sedikit, cocok dengan jenis tanaman ubi ungu yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dan memiliki nilai ekonomis yang mamapu mendongkrak pendapatan masyarakat. Dan, saya sedang siapkan dan akan membagi-bagikan bibit ubi ungu yang target saya mencapai 50 juta anakan untuk semua Kepala Keluarga secara cuma-cuma dari biaya saya sendiri dan hingga pertengahan tahun ini bibit sebanyak 50 juta anakan itu sudah selesai dibagi,” sebutnya.

Medah menjelskan, bibit ubi ungu yang dinamainya Ubi Medah itu mulai dipanen pada usia tiga bulan.

“Saya harapkan ubi ungu ini mampu menanggulangi krisis pangan, dan kelebihannya bisa dijual untuk membeli kebutuhan mendesak lainnya. Saya telah bekerja sama dengan Ir. Zet Malelak dari Unkris Artha Wacana Kupang, dimana metode penanamannya menggunakan metode Zet Malelak,” katanya.

Ia menambahkan, ubi ungu yang ditanam itu tidak membutuhkan air yang banyak, tetapi cukup dengan air limbah dapur atau air limbah kamar mandi.

“Kalau ada orang pasti ada dapur dan kamar mandi, kami akan memberikan pendampingan kepada masyarakat yang bermuinat untuk dapat memanfaatkan air limbah untuk penyiraman. Air limbah yang ditampung tiga hari dipakai untuk menyiram satu kali. Jadi penyiramannya tiga hari sekali. Saya mengajak para pemerhati untuk mendukung kerja ini,” katanya. (LBT)

Related posts