KUPANG, berandanusantara.com – Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTT, Rut Eka Trisilowati mengemukakan bahwa kesadaran masyarakat NTT dalam menjaga uang rupiah masih sangat rendah.
Hal ini dibuktikan dengan tingginya jumlah uang lusuh yang dimusnakan pihak BI pada Januari–September 2019 yakni mencapai Rp2 Triliun, atau lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2018 sebesar Rp1,6 Truliun.
“Data uang lusuh mencapai 45 pereen dari jumlah uang layak edar di NTT. Terjadi peningkatan 25 persen pada periode yang sama,” ungkapnya saat peringatan Hari Oeang ke-73, sekaligus launching “NTT Padar” (Peduli dan Sadar Rupiah), Rabu (30/10/2019) kemarin.
Ruth menjelaskan, berdasarkan hasil survei independen yang dilakukan menunjukan bahwa nilai kualitas uang berdedar di provinsi NTT, khususnya uang pecahan kecil masih di bawah standar.
“Hal ini menunjukan masih rendahnya prmahaman masyarakat tentang bagaimana cara memperlakukan uang dengan baik,” ujar Ruth.
Selain uang lusuh, tambah Ruth, realita lain adalah minimnya penggunaan uang logam dalam transaksi ekonomi. Ada juga penolakan dari pedagang untuk menerima pembayaran dari masyarakat yang menggunakan uang logam.
“Begitu juga kembalian, kadang diganti dengan permen,” ketusnya.
Oleh karena itu, dengan melihat realitas yang ada, BI Perwakilan NTT melakukan upaya salah satunya dengan melaunching program “NTT Padar”, atau Peduli dan Sadar Rupiah.
“Program ini bertujuan agar masyarakat bisa memperlakukan uang secara baik dengan penggunaan uang layak edar dalam bertransaksi serta penggunaan uang logam,” ungkapnya. (AM/BN)