
KEFAMENANU, berandanusantara.com – “Palate, huu… Jalan kami susah, karena jalan kami belum baik. Palate, huu…Kami tidak bisa belajar, karena kami gelap gulita. Palate, huu… Hubungan kami putus karena Telkomsel belum ada.” Demikian pekikan penuh semangat yang dilantangkan sekelompok siswa SDK Non saat membawakan Tarian gong, usai upacara pembukaan kegiatan TMMD desa Kuluan, Kecamatan Biboki Feotleu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (7/5/2015) kemarin.
Pekikan mereka ibarat anjing menggonggong kavila berjalan terus. Bagaimana tidak? Pekikan akan jalan, penerangan dan komunikasi yang mereka lantangkan justru menjadi bahan tertawaan para pejabat yang hadir dalam pembukaan kegiatan TMMD tersebut. Pekikan mereka adalah ungkapan perasaan dari hati mereka yang rindu akan jalan, penerangan dan komunikasi yang mereka alami selama ini. Desa mereka benar-benar terisolir, listrik dan jaringan komunikasi (Telkomsel).
Secara kasat mata mereka sebenarnya tidak miskin. Alam telah memberikan kelimpahan sumber daya alam. Namun apalah arti semuanya apabila pada kenyataannya akses jalan mereka rusak, gelap gulita di malam hari dan tidak bisa membangun komunikasi dengan dunia luar? Kondisi ini diperparah lagi dengan akses jalan menuju kampung mereka penuh tantangan dengan harus melewati empat kali (sungai) yang tak beraspal.
Pemandangan ini sungguh merupakan suatu pemandangan yang memprihatinkan. Masyarakat benar-benar terisolir. Sehingga tidak heran pada upacara pembukaan TMMD tersebut mereka (orang tua dan anak-anak) terlihat antusias menyambut TMMD di wilayah mereka yang nota bene merupakan daerah perbatasan, dengan ikut ambil bagian dalam upacara tersebut dengan membentuk barisan yang rapih dan teratur layaknya barisan prajurit TNI dan Polri.
Bukan hanya itu, mereka juga ambil bagian dalam acara hiburan dengan membawakan aneka atraksi seperti tarian gong dengan membentuk huruf TMMDK (tentara manunggal membangun desa kuluan), tarian likurai, nyanyian kebangsaan dan pembacaan puisi. Semuanya mereka ekspresikan sebagai tanda syukur bagi Tuhan lewat program TMMD yang dipusatkan di desa mereka.
Terpantau wartawan, tak sedikit masyarakat yang menangis tatkala para siswa membawakan tarian gong dengan melantangkan situasi desa mereka yang sangat terisolir. Termasuk Agustinus Tulasi, salah seorang anggota DPRD Kabupaten TTU asal desa Kuluan.
“Jangan malu, semangat anak-anakku. Lantangkan apa yang kamu rasakan. Biar pemerintah juga tahu bagaimana kesulitan kita di sini,” suport seorang guru pada siswanya yang sedang menari. (Lius Salu)