BANDUNG, BN – Setelah vakum selama 14 tahun, Pasar Seni ITB kembali digelar dengan skala lebih besar dan konsep yang lebih segar. Festival seni rupa yang sudah menjadi ikon sejak pertama kali diadakan pada tahun 1972, kini hadir dengan tema “Setakat Lekat”, sebuah ajakan untuk menyatukan praktik seni lintas disiplin, komunitas, dan generasi dalam satu ruang perayaan bersama.
Sebagai festival seni terbesar di Asia Tenggara, Pasar Seni ITB selalu menjadi barometer perkembangan seni rupa dan kreativitas di tanah air. Tahun ini, LIGA Keluarga Mahasiswa Seni Rupa (KMSR) ITB menghadirkan pameran karya dari nama-nama besar maupun kolektif, antara lain Entri Soemantri, Tisna Sanjaya, Wiyoga Muhardanto, Isa Perkasa, Ajiba Haq, Nia Gautama, Renitta Karuna, Tactic Plastic, Studio Pancaroba, hingga Arsya Ardiansyah. Kehadiran mereka memperkaya ragam perspektif seni yang dipamerkan, sekaligus menegaskan Pasar Seni sebagai ruang dialog lintas generasi.
Wakil Rektor ITB, Andryanto Rikrik Kusmara, menegaskan bahwa gelaran ini memiliki makna strategis bagi kampus dan ekosistem seni Indonesia. “Gelaran ini bukan hanya ajang mahasiswa berkreasi, tetapi juga ruang lahirnya inovasi dan kolaborasi lintas sektor. Harapannya, Pasar Seni ITB dapat menjadi pusat kreativitas, seni, dan inovasi yang memberi dampak hingga level Asia Tenggara,” ujarnya dalam konferensi pers di Aula Barat ITB Ganesha, Bandung, Rabu (1/10).
Lebih dari Festival Seni
Pasar Seni ITB 2025 dirancang sebagai pengalaman yang inklusif dan ramah pengunjung. Tahun ini, festival akan menghadirkan 257 tenant, lima food truck, serta area interaktif dengan berbagai fasilitas pendukung seperti peta navigasi digital, posko medis, jalur evakuasi, hingga zona khusus untuk komunitas. Panitia juga menyiapkan merchandise eksklusif berupa t-shirt, totebag, bucket hat, pin, tumbler, serta koleksi edisi khusus dengan desain maskot resmi yang akan menjadi kenangan unik bagi pengunjung. Dengan rangkaian tersebut, jumlah pengunjung tahun ini ditargetkan mencapai 600.000 orang.
Salah satu rangkaian paling istimewa adalah Adicitra Ganesha, sebuah pameran sekaligus lelang seni eksklusif yang mempertemukan karya maestro nasional, alumni ITB, dan seniman dari berbagai kota. Dengan pendekatan Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics (STEAM), Adicitra Ganesha menghadirkan pengalaman artistik yang sekaligus menjadi wadah creative fundraising.
Lelang utama akan berlangsung pada 8 Oktober 2025, dengan 100% hasil penjualan karya disalurkan ke Dana Lestari Pendidikan dan Seni, sebuah dana abadi untuk menopang keberlanjutan pendidikan tinggi, riset inovatif, serta pengembangan sumber daya manusia, khususnya di bidang seni dan kreativitas.
Rangkaian Pasar Seni ITB 2025 akan berlangsung pada 17–19 Oktober 2025 di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, dan terbuka untuk seluruh masyarakat.
Kolaborasi dan Keberlanjutan
Pasar Seni ITB 2025 juga menekankan pentingnya keberlanjutan. Dengan dukungan sponsor dan mitra strategis, festival ini menghadirkan layanan ramah lingkungan sekaligus membuka ruang kolaborasi bersama komunitas kreatif lokal.
Ketua Umum Pasar Seni ITB 2025, Zusfa Roihan, menyebut festival ini sebagai ruang perjumpaan. “Pasar Seni bukan sekadar perayaan seni rupa, tetapi momentum lintas batas yang menyatukan seniman, masyarakat, dan berbagai sektor untuk bergerak bersama. Dengan dukungan media, kami berharap pesan ini menjangkau lebih luas,” ujarnya.
Senada dengan itu, Wakil Rektor ITB Andryanto Rikrik Kusmara menambahkan bahwa Pasar Seni harus menjadi ekosistem yang berkelanjutan. “Kami berharap gelaran ini bukan hanya event sekali datang, tetapi mampu mendorong lahirnya ekosistem kreatif yang berkelanjutan, baik di kampus maupun masyarakat. Mahasiswa, alumni, dan masyarakat luas kami ajak untuk berinovasi, berkolaborasi, dan berkontribusi melalui Pasar Seni ITB,” tuturnya.
Sejarah dan Jejak
Pasar Seni ITB bukanlah festival baru. Pada 2014, gelaran ini mencatat sejarah dengan jumlah pengunjung mencapai 700.000 orang. Lebih dari 300 tenant seni, kuliner, dan kreatif terlibat, ditambah pertunjukan dari musisi nasional maupun tradisional. Kolaborasi lintas pihak yang terbangun saat itu menjadikan Pasar Seni ITB sebagai salah satu festival seni terbesar di Asia Tenggara.
Dengan rekam jejak tersebut, Pasar Seni ITB 2025 hadir bukan hanya untuk melanjutkan tradisi, tetapi juga untuk memperluas dampaknya. Festival ini diharapkan menjadi ruang tumbuhnya karya-karya baru, lahirnya kolaborasi segar, serta terbangunnya kesadaran bahwa seni, inovasi, dan keberlanjutan dapat berjalan seiring. (*/BN)






