Perempuan dan Tradisi Dapur Tenun di Nusa Temggara Timur

  • Whatsapp
Ist
Ist
Ist

Oleh: Bunggati Umbu Weni*

Di Indonesia, tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Perayaan hari kartini di Negara ini adalah simbol sesungguhnya dari persamaan gender sehingga akan ada banyak sekali ucapan – ucapan penyemangat kaum perempuan Indonesia untuk bangkit dan berjuang keluar dari keadaan yang membelenggu kehidupannya. Ada ucapan lain juga dikhususkan untuk perempuan-perempuan yang telah berjasa dalam kehidupan seseorang.

Terlepas dari itu semua, peringatan hari Kartini sudah sepantasnya menjadi motivasi tersendiri bagi kaum perempuan untuk mampu mengangkat dan mempertahankan harga dirinya untuk bisa minimal sejajar dengan laki-laki.

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, perempuan selalu identik dengan “Dapur dan Tenun”. Sudah menjadi satu yang telah membudaya sejak masa kerajaan bahwa tolok ukur seorang perempuan di Nusa Tenggara Timur sudah dewasa atau belum adalah terletak pada sudah mampukah dirinya “Memasak dan Menenun”. Hal ini terjadi karena beban untuk mencari nafkah dalam menghidupi keluarga dibebani kepada laki-laki, padahal dari tangan perempuan-perempuan hebat Nusa Tenggara Timur, masakan masakan khas Nusa Tenggara Timur ada, sebut saja jagung bose, jagung katemak, ro’o luwa, dan masih banyak lagi. Dari tangan yang sama juga lahir tenunan-tenunan asli Nusa Tenggara Timur dengan beragam motif.

Hingga kini, suka atau tidak suka pengkerdilan terhadap kaum perempuan di Nusa Tenggara Timur masih menggunakan “Dapur dan Tenun” sebagai tempatnya kaum perempuan, sehingga perempuan masih dianggap kaum nomor dua di provinsi ini. Perempuan selalu “diusir” dalam percakapan-percakapan penting di kampung-kampung dengan bahasa-bahasa yang selalu identik dengan “Dapur dan Tenun”. “Dapur dan Tenun” selalu kalah kelas dari Melaut, Berkebun, Menyadap Nira, dan lain lain, setidaknya itulah pemikiran masyarakat Nusa Tenggara Timur.

Penempatan kaum Perempuan di “Dapur dan Tenun” dengan maksud untuk menomorduakan mereka ternyata adalah sebuah kesalahan karena tangan –tangan yang tekun menenun itu kini diakui, pengakuan itu bukan sekedar lokal maupun nasional, namun pengakuan akan ketrampilan dan keuletan perempuan-perempuan Nusa Tenggara Timur kini telah mendunia. Setidaknya dunia kini telah mengakui bahwa hasil tenunan perempuan-perempuan NTT berada sejajar dengan kain-kain keluaran eropa dan lainnya.

Kehadiran tenunan NTT di Culture Fashion Show New York 2017 dan Paris Fashion Week 2018, adalah bentuk pengakuan dunia terhadap tingginya intelektual perempuan – perempuan Nusa Tenggara Timur yang secara otodidak mampu menemukan jenis benang, motif, serta pewarna alami yang telah ada sejak dulu dan diturunkan secara turun temurun hingga sekarang ini.

Culture Fashion Show New York 2017 dan Paris Fashion Week 2018, secara tidak langsung adalah tamparan untuk mereka –mereka yang selama ini menempatkan perempuan-perempuan Nusa Tenggara Timur pada kelompok “Dapur dan Tenun”.

Mari kita berbicata terkait kedua Fashion Show yang telah menampilkan hasil karya kelompok “Dapur dan Tenun” yang telah mengharumkan nama Nusa Tenggara Timur.
Culture Fashion Show New York 2017 dan Paris Fashion Week 2018, adalah dua dari empat pekan mode paling terkenal di dunia. Dua lainnya adalah London Fashion Week dan Milan Fashion Week yang menurut informasi, akan juga menampilkan tenunan Nusa Tenggara Timur dalam perhelatan tahun ini dan awal tahun depan.

Kebanggaan adalah milik seluruh masyarakat Nusa Tenggara Timur, kemampuan intelektual tingkat Internasional menjadi pembuktian kepada pejabat yang pernah meragukan kemampuan intelektual anak-anak Nusa Tenggara Timur, bahwa kami masyarakat Nusa Tenggara Timur adalah masyarakat yang secara turun temurun dikandung oleh perempuan –perempuan yang memiliki kecerdasan tingkat Internasional.

Tenunan Nusa Tenggara Timur telah mendunia, terimakasih untuk individu maupun kelompok yang telah berjuang dan memperkanalkan serta menghadirkan tenunan Nusa Tenggara Timur di Culture Fashion Show New York 2017 dan Paris Fashion Week 2018. Momentum ini juga harus dijadikan sebagai motivasi bagi kaum perempuan bahwa kemapuan intelektual perempuan – perempuan Nusa Tenggara Timur adalah kemampuan intelektual level Internasional.

Selamat hari kartini, 21 April 2018
Jayalah Perempuan-perempuan Nusa Tenggara Timur.

*Penulis lahir di Nemberala,  Rote Ndao, pada tanggal 19 Agustus 1988. Dia merupakan pendiri Lembaga Survei Magra Labdagati. Saat ini, masih menjabat juga sebagai Tenaga Ahli Anggota DPR RI, Viktor B Laiskodat sejak tahun 2015-2018. 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *