YAPEKA Uji Coba Paket Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat di Seputar Teluk Kupang

  • Whatsapp
Snorkeling menjadi salah satu agenda dari paket ekowisata bahari yang sangat diminati. (Foto: dok. YAPEKA)

KUPANG, berandanusantara.com – Sebagai salah satu Mitra Pelaksana Proyek COREMAP CTI di TNP Laut Sawu, salah satu capaian yang harus diselesaikan YAPEKA adalah membuat Paket Wisata Bahari berbasis Masyarakat yang siap dijalankan bersama kelompok binaannya.

Pada 24 Maret 2022, YAPEKA bersama mitra binaan Komunitas Bukan Sekedar Pasiar (BSP) dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Oeisina menjalankan uji coba paket wisata bahari yang diikuti 23 peserta dari kalangan media, penggiat media sosial, perwakilan pemerintah, pengelolan kawasan TNP Laut Sawu dan pelakuk usaha wisata. Peserta trip akan diajak menikmati keindahan Teluk Kupang dan Pantai Oeisina dengan menggunakan perahu selama satu hari.

“Kami berharap bisa mendapatkan masukan dari para peserta trip, agar paket wisata ini bisa benar-benar dijalankan oleh kelompok binaan dan menjadi pionir dalam pengembangan paket wisata bahari di seputar Teluk Kupang,” ucap Prianto Wibowo, Program Manager YAPEKA di TNP Laut Sawu.

Paket wisata yang diuji coba kali ini memakan waktu satu hari. Dimulai dengan aktivitas dolphin watching atau pengamatan lumba lumba di Teluk Kupang, peserta trip harus siap di Pelabuhan Tenau sebelum matahari terbit. Setelah dolphin watching, perjalanan kemudian dilanjutkan menuju titik snorkling pertama, dimana peserta trip sudah disiapkan dengan peralatan pendukung yang aman dan memadai.

Di lokasi snorkling, peserta trip bisa menikmati pemandangan bawah air yang menawan berupa terumbu karang dan ikan-ikan karang beraneka warna. Menjelang makan siang, peserta trip akan menuju pantai Oeisina untuk berbilas dan makan siang di salah satu daya tarik wisata favorit Kota Kupang ini. Sembari menunggu sunset, peserta trip akan diajak untuk mengunjungi Pusat Informasi Ekowisata Oesina.

Di sini bisa belajar lebih banyak tentang potensi bahari yang ada di Laut Sawu dan juga terdapat kerangka paus sepanjang 7 meter yang menarik dijadikan spot foto. Di seputar pantai Oeisina juga terdapat budidaya rumput laut dan industri tenun khas NTT yang menarik untuk dikunjungi. Sampai di penghujung trip, peserta kembali ke pantai Oeisina untuk menikmati sunset dan menuju Pelabuhan Tenau.

Selain paket wisata di Pantai Oeisina, YAPEKA bersama Komunitas Bukan Sekedar Pasiar juga menyiapkan paket wisata satu hari ke Pulau Semau untuk menikmati keindahan Pulau Merah, pantai di seputar Pulau Semau, dan diakhiri dengan sunset di Pantai Hlaen Ana.

Di Pulau Semau, YAPEKA juga melakukan pendampingan kepada POKDARWIS Desa Naikean agar mereka juga mampu mengembangkan pariwisata desanya, termasuk dalam pemanfaatan Menara Pantau Setasean sebagai salah satu fasilitas penunjang wisata dan pemasaran produk olahan bawang goreng sebagai souvenir. Untuk wisatawan yang bingung memilih paket Oeisina dan Paket Semau, BSP juga menyediakan trip dua hari untuk menjelajah Pantai Oeisina dan Pulau Semau.

Pendampingan pembuatan paket wisata yang dilakukan oleh YAPEKA merupakan bagian dari Proyek COREMAP CTI di TNP Laut Sawu. Sejak Agustus 2020, YAPEKA telah melaksanakan berbagai kegiatan untuk meningkatan pemanfaatan kawasan konservasi perairan oleh masyarakat secara berkelanjutan, khususnya dalam bidang perikanan dan ekowisata.

Untuk mendukung pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di TNP Laut Sawu, YAPEKA juga melakukan pendampingan kepada masyarakat Desa Napu dan Palanggay di Kabupaten Sumba Timur untuk mengembangkan objek wisata di desa tersebut. Pendampingan meliputi pembentukan POKDARWIS, penyusunan rencana kerja, sampai penyiapan infrastruktur pendukung wisata.

Promosi wisata juga mulai dijalankan untuk menjamin pariwisata di kedua desa ini bisa berkembang. Salah satu upaya YAPEKA untuk mempromosikan ekowisata di TNP Laut Sawu pada umumnya adalah dengan memproduksi video promosi ekowisata bahari di TNP Laut Sawu.

Sampai Desember 2021, YAPEKA lewat Proyek COREMAP telah berhasil membentuk enam POKDARWIS, 19 Pemandu Wisata tersertifikasi dan 24 pemandu wisata terlatih yang tersebar di seluruh TNP Laut Sawu. Infrastruktur pendukung ekowisata berupa dua buah Pusat Informasi Ekowisata di Kabupaten Sabu dan Kabupaten Kupang (pantai Oeisina), serta sebuah Menara Pantau Cetacean di Pulau Semau, juga telah dibangun dan diharapkan bisa meningkatkan daya tarik wisata di TNP Laut Sawu.

Tentang Laut Sawu

Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan total luas area 3. 355. 352, 82 hektar. TNP Laut Sawu merupakan rumah dan jalur utama migrasi biota laut dilindungi seperti paus, lumba lumba, dugong, pari manta, hiu dan penyu.

Sebagai bagian dari Segitiga Karang Dunia, kawasan ini juga memiiki keanekaragaman jenis karang yang tinggi dan ikan yang melimpah. Hasil penelitian menyebutkan, 532 jenis karang terdapat di TNP Laut Sawu, 11 diantaranya endemik dan sub endemik. Dengan tingginya potensi bahari yang ada di Laut Sawu, pada tahun 2014 perairan Laut Sawu ditetapkan sebagai Taman Nasional Perairan melalui Kepmen KP no 5 tahun 2014.

TNP Laut Sawu juga menjadi rumah bagi masyarakat yang tinggal di pesisirnya. Mata pencaharian utama mereka adalah nelayan dan petani rumput laut. Data tahun 2018 menyebutkan 6.343 rumah tangga nelayan dan 3.578 rumah tangga petani rumput laut tinggal di pesisir Laut Sawu. Nelayan di pesisir Laut Sawu tergolong nelayan tradisional dengan alat tangkap jaring dan lokasi pancing kurang dari 12 mil dari bibir pantai.

Provinsi NTT sendiri merupakan penghasil rumput laut terbesar di Indonesia. Data dari DKP Provinsi NTT tahun 2019 menyebutkan produksi rumput laut basah mencapai 2,4 juta ton dan produksi kering mencapai 240 ribu ton. Pemanfaatan TNP Laut Sawu tidak hanya dari sektor perikanan saja. Keindahan dan keanekaragaman hayati, serta kebudayaan yang khas di wilayah ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi objek wisata.

Jumlah wisatawan berkembang dari sekitar 397.000 di tahun 2014 menjadi sekitar 1.239.000 wisatawan di tahun 2018 (NTT dalam angka, 2019). Pemerintah Provinsi NTT sendiri tengah gencar mengembangkan pariwisata sebagai salah satu penggerak ekonomi.

Tentang YAPEKA

YAPEKA (Perkumpulan Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Konservasi Alam) adalah salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yang melaksanakan Proyek COREMAP-CTI, khususnya untuk pelaksanaan Paket 2: “ Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan oleh Masyarakat Secara Berkelanjutan di Laut Sawu”.

Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiaan pada Paket 2, YAPEKA berkonsorsium dengan Pusat Kajian Sains Keberlanjutan dan Transdisiplin-Institut Pertanian Bogor (PKSKT-IPB), Yayasan Penabulu dan Indonesia Ocean Pride (IOP). YAPEKA bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat dan pendidikan konservasi alam dengan lokasi kegiatan tersebar di seluruh Indonesia.

Melalui konsep belajar bersama alam, YAPEKA berupaya untuk terus fokus pada program-program penyadaran dan pendidikan yang didasari metode learning by doing. (*/BN)

Related posts