Didukung TEKAD, Desa Wolomeze Optimis jadi Lumbung Babi di Kabupaten Ngada

  • Whatsapp
Kegiatan monitoring dan evaluasi program TEKAD di Desa Wolomeze, Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada, belum lama ini. (Foto: BN)

BAJAWA, berandanusantara.com – Kehadiran Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) memberi angin segar bagi peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya di Desa Wolomeze, Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Desa Wolomeze sampai saat ini masih gelap di malam hari karena belum ada jaringan listrik. Selain listrik, ketersediaan air bersih untuk konsumsi warga pun masih sulit. Warga setempat harus membeli air yang dijual dengan harga yang cukup mahal. Beruntung, akses jalan dari Kota Bajawa ke Desa Wolomeze sudah lumayan baik.

Read More

Meski demikian, saat program TEKAD yang diinisiasi oleh Kementrian Desa dan dijalankan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Provinsi dan Kabupaten Ngada disuguhkan, rupanya memberi harapan baru bagi warga di Desa Wolomeze. Warga menyambutnya dengan antusias.

Banyak potensi dimiliki desa dengan udara cukup sejuk itu baik di sektor pertanian, perkebunan, pariwisata, hingga peternakan. Lewat program TEKAD, Dinas PMD Provinsi NTT dan Kabupaten Ngada mencoba manggali serta mendorong agar pengembangan potensi yang dimiliki dimaksimalkan untuk kesejahteraan masyarakat.

Dalam monitoring dan evaluasi (monev) yang dilakukan oleh Dinas PMD NTT yang dipimpin Ketua Tim Fiorela Florenca Paly di Desa Wolomeze, Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada, Jumat (1/6/2022) belum lama ini, berdialog bersama kelompok penerima manfaat dari program Tekad.

Selain bersama tim dari Dinas PMD Provinsi, dalam monev tersebut juga hadir Kepala Bidang Pemberdayaan Ekonomi Usaha Masyarakat Dinas PMD Kabupaten Ngada Agustinus Naru, Koordinator Fasilitator Kabupaten (Faskab) TEKAD Ngada Antonius Sivester, serta para Faskab TEKAD Kabupaten dan Kecamatan.

Monev tersebut untuk memperoleh informasi terkait sejauh mana program TEKAD berjalan, serta berbagai kendala yang dihadapi baik oleh para pendamping maupun para penerima manfaat. Salah satu yang menonjol khususnya di Desa Wolomeze adalah keyakinan dan optimisme masyarakat begitu kuat dengan hadirnya program TEKAD.

Keyakinan dan optimisme itu manakala adanya perhatian penuh dari pemerintah, baik melalui alokasi anggaran, hingga pendampingan oleh para fasilitator TEKAD. Hingga kini, program TEKAD masih berjalan. Berbagai jenis potensi terus digarap di desa Wolomeze. Salah satu potensi yang cukup menononjol ternak babi.

Babi menjadi salah satu jenis ternak yang turut menjadi konsumsi sebagaian besar masyarakat di Kabupaten Ngada. Tidak saja untuk konsumsi harian, tetapi untuk berbagai acara seperti pernikahan, sambut baru, hingga berbagai acara adat. Inilah yang membuat kebutuhan akan daging babi menjadi tinggi di Kabupaten Ngada.

Fasilitator Kabupaten (Faskab) Ngada sedang mendata berbagai kebutuhan dari salah satu kelompok ternak babi di Desa Wolomeze. (Foto: BN)

Ketua Tim Monev dari Dinas PMD Provinsi NTT Fiorela Florenca dalam pertemuan bersama penerima manfaat program TEKAD di Desa Wolomeze, terus mendorong agar warga serius dan mendukung terlaksananya program tersebut. Apalagi menurutnya, ternak babi sangat potensial dan dapat berdampak pada ekonomi masyarakat.

“Untuk segala urusan baik adat maupun acara lainnya pasti butuh babi. Sehingga secara teknis perlu mendapat perhatian lebih agar semua yang menjadi harapan dari program TEKAD lewat pengadaan babi untuk masyarakat ini bisa berjalan dengan baik,” ujar Fiorela.

Khusus untuk Desa Wolomeze, pemerintah desa setempat sangat mendukung antusiasme warga berternak babi melalui program TEKAD. Lewat dana desa, pemerintah Desa Wolomeze menganggarkan pembelian anakan babi untuk selanjutnya dipelihara warga melalui kelompok yang telah dibentuk.

Sekertaris Desa Wolomeze Felix Regang mengapresiasi dukungan pemerintah baik dari tingkat provinsi NTT maupun Kabupaten Ngada, melalui program TEKAD. Khusus untuk ternak babi, jelas dia, dukungan pemerintah begitu nyata yakni membuat kebijakan pembatasan babi masuk dari luar Kabupaten Ngada.

“Ini sangat baik, untuk menjaga agar babi dalam keadaan sehat, sekaligus menjaga agar program ini bisa berjalan dan masyarakat termotivasi. Apalagi kebutuhan babi di desa kami sudah seperti kebutuhan pokok,” jelasnya.

Pihaknya bahkan berkomitmen mendukung program ini lewat dana desa agar bisa berjalan sesuai harapan. Hal ini bahkan telah dilakukan dengan megalokasikan dana desa untuk pengadaan anakan babi yang totalnya mencapai ratusan juta rupiah.

“Untuk betina ada 50 ekor. Per ekornya Rp1.150.000. Sementara jantan ada 16 ekor dimana harga per ekornya Rp1.250.000. Pengadaannya melalui pihak ketiga,” bebernya.

Menurutnya, tersedianya anakan babi tersebut kemudian dipelihara melalui kelompok yang telah dibentuk. Sesuai SK Kepala Desa Wolomeze, terdapat 16 kelompok yang siap menyukseskan progdam TEKAD khususnya di bidang peternakan babi.

“Masing-masing kelompok mendapatkan 1 ekor jantan dan 3 ekor betina,” jelasnya.

Dengan bantuan tersebut, dirinya sangat optimis suatu saat nanti Desa Wolomeze menjadi lumbung babi untuk Kabupaten Ngada. Karena selain kebutuhan babi yang cukup tinggi, warga pun begitu antusias menyambut program TEKAD dengan penuh optimisme.

“Ini menjadi obsesi kami. Dan harapan kami, semuanya bisa berjalan lancar agar mimpi dan harapan kami di Desa Wolomeze bisa terwujud,” ungkapnya.

Salah seorang warga, Yulius Masau mengungkapkan kegembiraannya terhadap program TEKAD yang langsung meyentuh masyarakat. Dia mengaku sangat bangga bisa menjadi bagian untuk menjalankan program TEKAD di Desa Wolomeze. Dia bahkan berjanji akan menaati semua aturan dalam program ini agar bisa berhasil kedepannya.

“Kami berharap progran TEKAD ini bisa terus berjalan karena masyarakat Wolomeze sangat senang adanya program ini,” ujarnya.

Usul tambahan 5 Desa

Camat Riung Barat, Longginus Nadaeng menyampaikan banyak terima kasih kepada Pemerintah Pusat, provinsi NTT dan kabupaten Ngada, karena sejak Program TEKAD masuk, warga begitu antusias menyambutnya. Bahkan dengan keyakinan dan optimisme yang tinggi.

“Sejak awal pembentukan tim di tingkat bawah, masyarakat desa menerimanya dengan sangat antusias,” ujarnya.

Menurutnya, berbagai protensi yang dimiliki Kecamatan Riung Barat yakni jahe, kopi, kemiri, kacang-kacangan, ternak babi, kambing dan sapi. Program TEKAD, menurutnya, sudah sangat tepat karena menyentuh langsung dengan konsep pemberdayaan yang selama ini dinantikan masyarakat.

“Kami bahkan sudah mengusulkan, di Kecamatan Riung Barat yang saat ini didampingi Program TEKAD ada 5 desa, kalau bisa kedepan bisa ditambah 5 desa lagi. Apalagi program ini sangat bagus ditambah berbagai potensi yang ada du Kecamatan Riung Barat,” tutur Longginus berharap. (*/BN)

Related posts