KUPANG, berandanusantara.com – Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak hanya membutuhkan sosok pemimpin yang merakyat, energik, tegas serta kreatif, namun harus bersih dan jujur. Mengapa? Karena jika dua modal itu dimiliki pemimpin di NTT, maka dapat merubah stigma miskin yang melekat selama ini.
Pandangan tersebut dikemukakan empat (4) orang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Nusa Cendana (Undana), Kamis (11/1/2018), terkait calon pemimpin yang layak memimpin NTT 5 tahun kedepan.
Yuvensius Weki Ndopo (21), dengan tegas mengatakan, merakyat bukan berarti setiap saat harus memeluk rakyat tetapi peduli terhadap kebutuhan dasar masyarakat dan melayani masyarakat dengan tulus tanpa embel-embel apalagi sekadar pencitraan.
“Saya lihat Pak Benny K. Harman (BKH) dan pak Benny A. Litelnoni, memiliki jiwa kebapakan yang tinggi, tulus dan jujur dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, pak BKH orangnya tegas dan cerdas, layak untuk pimpin NTT”, ujar Yunus.
Menurut Yunus, tegas bukan berarti urakan dan kasar tetapi disiplin dalam menjalankan roda pemerintahan serta bersih dari tindakan korupsi, kolusi dan nepostisme (KKN).
Senada disampaikan, Maria efrasia cahaya, mahasiswi semester 7, FISIP, Undana, bahwa secara pribadi Dia tidak mengenal BKH, namun Ia terkesan dengan eksistensi BKH sebagai anggota DPR RI, pasalnya BKH merupakan representasi pemimpin yang bersih.
“Beliau (BKH) tidak pernah tersandung kasus Korupsi, dan itu yang membuat saya bangga dengan beliau, NTT butuh pemimpin seperti beliau”, tandas Efra.
Aprilian Clarisa Mbadhi (20), gadis asal Ende Flores ini, mengamini apa yang disampaikan temannya Yunus dan Efra tentang sosok BKH yang cerdas dan tegas.
“Pak BKH sebenarnya merupakan sosok yang dibutuhkan oleh masyarakat NTT, beliau tegas dan cerdas, karena itu, sebagai masyarakat intelektual kita harus mendukung sosok yang jujur, tegas dan bersih seperti beliau”, terang gadis yang akrab disapa Risa itu mengurai senyum.
Lebih lanjut Risa mengatakan, dewasa ini, masalah yang menjamur di pemerintahan adalah masalah korupsi, karena itu menurutnya transparansi juga wajib diterapkan dalam sistem birokrasi.
“Pemimpin harus tegas dan transparan, misalnya perekrutan pegawai, harus transparan dan profesional, sehingga tidak ada “jatah-jatahan” dalam setiap proses sehingga menghasilkan pegawai yang profesional dan bersih,” pungkasnya.
Trisusanti Besi mau (18), gadis asal Nusa Kenari, Alor, kepada awak media mengatakan pemimpin yang diharapkan memimpin NTT lima tahun kedepan adalah orang yang harus memiliki komitmen yang kuat untuk membangun, bukan haus kekuasaan.
“Menurut saya sederhana saja, siapa saja memimpin NTT harus mampu penuhi janji politiknya, jangan suka ingkar, dan karena itu butuh orang yang tegas seperti pak BKH,” ungkap Santi singkat. (TIM)