KUPANG, berandanusantara.com – Sejumlah tokoh asal Sabu di Kupang sangat menginginkan perubahan besar terjadi di kabupaten Sabu Raijua. Banyak figur bermunculan dengan sejumlah janji manis ditambah ‘bumbu penyedap’. Namun, mereka tetap menaruh harapan besar kepada pasangan Takem Radja Pono–Hegi Radja Haba (TRP–Hegi).
Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati kabupaten Sabu Raijua nomor urut 3 itu dikenal memiliki niat dan hati yang tulus untuk membangun kabupaten Sabu Raijua. Tidak hanya itu, dalam diri keduanya terpancar kharisma yang kuat sebagai seorang pemimpin, dengan kapasitas dan kapabilitas mumpuni.
Hendrik Bunga, salah satu tokoh asal kabupaten Sabu Raijua yang berdomisili di Kota Kupang, mengungkapkan keinginannya melihat Sabu Raijua bisa mengalami masa kejayaan seperti di masa kepemimpinan Bupati sebelumnya, Marthen Dira Tome. Sehingga dia berharap agar TRP–Hegi bisa melanjutkannya.
“Saya ingat bahwa pada Pilkada pertama di Sabu Raijua, kami tidak mendukung Pak Dira Tome, tapi dia mau merangkul dan melibatkan kami untuk membangun Sabu Raijua, sekalipun kami ada di Kupang. Dia tahu bahwa kami memang tinggal di Kupang, tapi bukan berarti tidak ada hubungan dengan saudara-saudara di pulau Sabu. Waktu mau bangun tambak garam di Hawu Mehara, dan ada yang menolak, Pak Marthen menemui kami dan meminta untuk turun ke Sabu karena dia tahu bahwa kami memiliki hubungan dengan lahan yang akan dibangun tambak garam itu” ungkap Hendrik Bunga, tokoh asal Hawu Mehara yang tinggal di Fatufeto.
Sementara Fredy Hendri Boeky salah satu tokoh yang juga mantan atasan langsung Marthen Dira Tome saat di Dinas Pendidikan Provinsi NTT pada kesempatan yang sama mengatakan, membangun Sabu Raijua tidak cukup hanya dengan memiliki kemauan saja. Tapi juga membutuhkan kesiapan fisik dan mental, sebab sudah terbukti bahwa tidak semua niat baik pemerintah dalam membangun Sabu Raijua akan diterima begitu saja oleh masyarakat setempat. Tidak hanya penolakan yang akan dihadapi, tapi juga bagimana memikirkan tentang berbagi potensi yang nanti bisa menghidupi Sabu Raijua secara swadaya tanpa harus menunggu bantuan dari Pemerintah pusat maupun Provinsi.
“Saya lihat ada berbagai gejolak yang terjadi ketika pemerintah hendak melakukan pembangunan. Untung saja Marthen Dira Tome waktu itu memiliki ketegasan dan kemauan yang kuat sehingga tidak melangkah mundur ketika ada penolakan. Saya tahu persis dia karna pernah menjadi staf saya. Dia tidak akan mengenal kata mundur jika itu menyangkut kepentingan banyak orang atau masyarakat. Nah saya harap pemimpin di Sabu Raijua harus seperti itu. Harus siap fisik, tidak boleh tidur-tidur saja atau duduk di belakang meja,” tegas Hendri Boeki, salah satu tokoh yang juga berasal dari Hawu Mehara. (*SN)