KUPANG, berandanusantara.com – Ratusan massa yang merupakan pendukung Jefirtson Riwu Kore (Jeriko) mendatangi Ball Room Grand Mutiara, Sabtu (5/2/2022), tempat berlangsungnya Rapat Konsolidasi DPD Partai Demokrat Nusa Tenggara Timur (NTT).
Niat ratusan pendukung Jeriko masih sama dengan aksi sebelumnya, yakni meminta sang Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono menjelaskan mengapa menetapkan Leonardus Lelo sebagai Ketua DPD Demokrat NTT.
Padahal, jumlah dukungan yang dikantongi Jefirtson Riwu Kore dalam Musyawarah Daerah (Musda) Partai Demokrat NTT beberapa waktu lalu jumlahnya 12, atau lebih tinggi dari dukungan terhadap Leonardus Lelo yang hanya 11.
Kebetulan yang hadir dalam Rapat Konsolidasi saat itu adalah Benny Kabur Harman (BKH), yang kebetulan juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat. Massa pun kemudian meminta BKH untuk menjelaskannya sebagai perwakilan DPP Partai Demokrat.
Namun, upaya massa yang ingin mendengar langsung sebab penetapan Leonardus Lelo sebagai Ketua DPD Demokrat NTT dari mulut BKH tak kesampaian, lantaran dihalangi aparat Kepolisian baik dari Polda NTT maupun Polres Kupang Kota.
Penjagaan di luar gedung Ball Room Grand Mutiara terbilang sangat ketat. Mobil Water Canon dan pasukan huru-hara lengkap dengan peralatan tameng dan pentungan diturunkan untuk mengamankan jalannya Rapat Konsolidasi Partai Demokrat NTT saat itu.
Berulang kali massa bernegosiasi dengan Polisi agar bisa bertemu dengan BKH tak diindahkan, hingga sempat terjadi aksi saling dorong hingga pembakaran atribut Partai Demkrat di depan Polisi. Massa saat itu sangat kecewa, karena sudah menunggu sejak pagi.
Alhasil, karena tidak diijinkan Polisi, massa kemudian membubarkan diri. Sementara Rapat Konsolidasi terus berjalan di lantai 2 Ball Room Grand Mutiara, yang dihadiri para Ketua DPC se-NTT, para Legislator Partai Demokrat NTT maupun kabupaten/kota dan DPR RI.
Koordinator aksi Herison Arianto Kore tak segan-segan melampiaskan kekecewaannya di hadapan aparat Kepolisian yang melakukan pengamanan saat itu. Apalagi menurutnya, dirinya bersama massa menjamin penuh tidak akan melakukan tindakan apapun selain mendengar penjelasan dari BKH.
“Kami datang saat ini dihalangi lagi. Polisi bukan mengayomi dan memfasilitasi kami untuk menyampaikan aspirasi. Kami dihalangi seperti musuh dan ini sedih sekali. Polisi itu adalah pengayom kami,” tegas Herison. (*BN)