KEFAMENANU, berandanusantara.com – Upaya pemerintah mengentaskan kemiskinan ternyata masih jauh panggang dari api dan terkesan tebang pilih kasih.
Di Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT) misalnya, masih saja ada warga miskin yang luput dari perhatian pemerintah seperti yang dialami keluarga Bernabas Kase (64) bersama istrinya Bernadeta Liem, serta delapan8 orang anaknya yang masih balita hidup sengsara di sebuah gubuk rewot tak layak huni ukuran 2×3 meter di dalam kawasan hutan lindung yang hanya berjarak 5 kilo meter dari jantung ibu kota Kefamenanu, Kelurahan Aplasi Kecamatan Kota Kefa.
Kondisi ini diperparah dengan naiknya harga BBM yang tak terkendali seiring pula naiknya bahan sembako yang mencekik.
“Sudah tujuh tahun pak,” tandasnya singkat kepada wartawan saat ditemui di rumahnya, Jumat (3/4/2015).
Menurutnya, selama tujuh tahun mereka hidup di hutan, belum pernah ada perhatian sama sekali dari pemerintah setempat baik tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten.
“Belum pernah pak,” tandasnya sembari mengaku pernah didatangi petugas dari Kelurahan Aplasi dan didata guna mendapatkan bantuan perumahan MBR, namun saat realisasinya namanya tidak ada. Termasuk jatah beras raskin. Uangnya sudah dikasi tiga bulan lalu namun hingga saat ini berasnya tak kunjung tiba.
Meskipun demikian, ia tak pernah patah arang menafkai keluarganya termasuk membiayai kebutuhan sekolah anak-anak. Bermodalkan kayu api, buah pepaya, ubi kayu dan jantung pisang yang ia jual keliling dari rumah ke rumah, ia bersama istri tercinta Bernadeta Liem mampu menyekolahkan lima orang anaknya. Empat diantaranya di bangku sekolah dasar dan satu orang di bangku sekolah menengah pertama. (Lius Salu)