Ronda, berandanusantara.com- Saluran irigasi yang berlokasi di jalan Soekarno, tepatnya di belakang Hotel Rikky Kota Ba’a Kabupaten Rote Ndao, sudah tujuh tahun lamanya tidak terurus limbahnya. Alhasil, kondisi ini sangat mengganggu kenyamanan masyarakat di sekitarnya. Bahkan, Pemerintah melalui Badan Lingkungan Hidup dinilai tidak proaktif menindaklanjuti kondisi tersebut.
Martenji Suwongto, pengusaha perhotelan di Kabupaten Rote Ndao mengungkapkan, limbah saluran irigasi di jalan Soekarno telah tersumbat oleh sampah. Apalagi, jelasnya, pada saat musim hujan tercampur dengan lumpur, sehingga berdampak pada kurang sedapnya bau yang keluar dari limbah tersebut. “Ini harusnya Pemerintah pro aktif untuk menangani,” ungkap Baba Che, sapaan akrab Martenji Suwongto, pemilik hotel Rikky, pekan lalu.
Ia mengaku, hal ini tidak hanya meresahkan warga di pemukiman tersebut, namun dengan kondisi ini, para pengunjung bahkan sering mengeluh karena tak tahan dengan aroma yang keluar dari saluran tersebut.
Martenji Suwongto sangat berharap agar pemerintah bisa sesegera mungkin mengambil tindakan yang cepat, guna membersihkan limbah yang ada karena sangat mengganggu kenyamanan warga serta para pengunjung hotel, yang kebanyakan datangnya dari luar Kota Ba’a.
“kita jangan anggap ini hal sepeleh, namun ini bisa menjadi hal yang bisa mengurangi minat para pengunjung, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara ke daerah rote ndao,” tandasnya.
Terpisah, salah seorang penunjung hotel yangs edang menginap di hotel dekat saluran tersebut, menilai kondisi ini adalah bentuk tidak efektifnya peran pemerintah daerah melalui dinas teknis dalam menata lingkungan secara baik.
“ini ibukota kabupaten masa jorok seperti ini dengan limbah sampah yang tidak terurus. Apa yang kita mau ceritahkan pada teman-teman kalau di rote itu masih seperti daerah kumuh,” ungkapnya dengan nada kesal, dan enggan namanya dikorankan.
Senada dengan pemilik hotel, dirinya juga sangat berharap pemerintah harus secepatnya turun tangan untuk mengatasi persoalan limbah yang meresahkan ini. “kami sebagai penerima pelayanan dari tempat penginapan tersebut juga butuh lingkungan yang udaranya segar, bebas polusi, bukan aroma limbah yang kami hirup,” pungkasnya.
Kepala badan lingkungan hidup kabupaten rote ndao, Max Eduard Lona,SH, ketika dikonfirmasi tidak berada di tempat. Hingga berita ini diturunkan belum berhasil ditemui. (Ryan Tulle)