JAKARTA – Menteri Luar Negeri Indonesia Retno L.P Marsudi, bertemu Menlu Timor Leste Coelho da Silva di Jakarta kemarin (17/4). Topik yang dibahas adalah penguatan kerja sama bilateral, sembari menyelesaikan sengketa perbatasan darat yang tak kunjung kelar selama 10 tahun terakhir,
Silva pun mengusulkan dimulai pembahasan perbatasan maritim antara kedua negara. Usul itu diterima Indonesia.
“Perundingan perbatasan darat dan perbatasan maritim akan dilakukan dalam Komisi Bersama Menteri ke-6 pada bulan Agustus 2015,” tulis keterangan pers kemenlu kepada merdeka.com, Sabtu (18/4).
Area perbatasan darat Indonesia-Timor Leste yang masih jadi sengketa misalnya kawasan Noel Besi/Citrana seluas 1.000 hektar. Lahan dekat Kabupaten Kupang dan Distrik Oecuse itu sering menjadi sumber konflik sesama petani.
Wilayah lain yang masih disengketakan yakni Dilumi/Memo seluas 37 hektar di perbatasan Kabupaten Belu, Segmen Bijael Sunan-Oben seluas 141 hektar di Kabupaten Timor Tengah Utara, makam leluhur masyarakat Dahala, Tasifeto Timur, irigasi sungai Mota Malibaka. Potensi konflik lain juga datang dari patok batas yang masih diperdebatkan di perkebunan kopi warga Desa Henes. patok versi Timor Leste dianggap mencaplok lahan warga Laktutus yang masuk Kabupaten Belu, NTT.
Di luar itu, Menlu Silva mengapresiasi komitmen Indonesia menggelar program penguatan kapasitas bagi warga Timor Leste, yang diutamakan untuk bidang perdagangan, pendidikan, kesehatan dan pariwisata untuk meningkatkan kualitas sumber daya alam.
“Menlu Timor-Leste menyambut baik komitmen Pemerintah Indonesia untuk memberikan bantuan program capacity building senilai USD 6 juta atau setara Rp 77 miliar pada 2013-2017,” tulis keterangan pers kemlu. (Sumber: merdeka.com/Andyos)