JAKARTA, KOMPAS.com – Wakil Presiden Jusuf Kalla berharap toleransi dan solidaritas antar kelompok masyarakat di Maluku terjaga dan terus ditingkatkan guna membangun negeri Banda tersebut.
“Saya setuju ini kembali lagi menjadi satu dalam semua kampung-kampung yang beragam, sehingga kampung tidak lagi berdasarkan agama tetapi kerukunan dan kekerabatan yang besar,” kata Wapres Kalla saat membuka Musyawarah Besar Masyarakat Maluku di Kota Ambon, Rabu.
Wapres pun berharap supaya masyarakat tidak melupakan peristiwa berdarah akibat konflik antarkelompok masyarakat Maluku yang terjadi 1999.
“Kita semua merasakan bagaimana pedihnya pada waktu itu, bagaimana antarsaudara bertikai, tidak ada lagi melihat persaudaraan dan merusak seluruh infrastruktur,” tambahnya.
Jusuf Kalla pun mengenang perjuangannya menciptakan perdamaian di Ambon saat dia menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra).
Setiap tiga hari sekali, JK terbang ke Maluku untuk memantau perkembangan proses perdamaian di sana.
Pertama kali datang, dia menggunakan kendaraan darat. Tiga hari berikutnya, dia harus menggunakan ‘speedboat’ karena jalanan darat ditutup akibat meningkatnya konflik di sana.
“Saat pulang, ‘speedboat’-nya dibakar. Kemudian saya datang lagi dengan helikopter. Bisa dibayangkan bagaimana situasi saat itu. Justru itu jangan dilupakan, tetapi diingat untuk menjadi pelajaran bahwa betapa pedihnya waktu itu,” jelasnya.
Oleh karena itu, Wapres Kalla berharap jangan lagi ada konflik berkedok agama terjadi di Tanah Banda.
“Tahun 1999 itu masalah sebenarnya adalah masalah politik, bukan agama. Agama itu selalu dibawa dalam banyak konflik di Tanah Air karena hanya agama yang bisa menimbulkan solidaritas tinggi dan membuat orang tidak netral,” ujarnya.
Kini, Jusuf Kalla berharap pemerintah setempat bersama para tokoh adat dan masyarakat mampu bersatu untuk membangun kesejahteraan rakyat bersama. (kpc/am)