KUPANG, berandanusantara.com – Banyak orang ingin menikah dengan konsep yang modern; memakai aula megah lengkap dengan dekorasi, busana modern, serta menu makanan yang juga modern.
Tapi tidak untuk pasangan Permenas Arkalaus Manilapai dan Lusiana Tanong. Mereka berdua mengkosepkan acara pernikahannya dengan nuansa adat khas Alor. Mulai dari undangan, busana pengantin, kue pengantin, sampai kepada tempat resepsi dan mas kawin.
Arkalaus manipalai, atau yang akrab disapa Barka, kepadaberandanusantara.com, Senin (17/6/2019) menjelaskan, untuk undangan memang dibuat dari kertas, namun desainnya menyerupai kulit kayu. Undangan tersebut dimasukan ke dalam bambu (batang aur).
Kalau kue pengantin, jelas Barka, dibuat bentuknya menyerupai rumah adat Alor. Sementara minuman yang disajikan kepada tamu adalah tuak putih “ENAU” kas daerah setempat menggunakan gelas yang terbuat dari bambu.
Sementara untuk tempat resepsi, Barka dan pasangannya memilih Rumah Adat suku Kabola Eil Bang, kebun kopi, desa Kopidil, Alor. Arak-arakan kedua mempelai ini menggunakan perpaduan sanggar yang didominasi orang lanjut usia (kakek dan nenek) dan pemuda GMIT Kefas Kopdil.
“Baik kami (mempelai) dan semua anggota sanggar menggunakan pakaian dari kulit kayu. Kalau undangan, kami juga haruskan untuk menggunakan pakaian adat khas NTT. Lamanya persiapan sekitar tiga minggu,” kata Barka.
Konsep seperti ini sengaja dibuat Barka dan pasangannya ini sebagai bentuk kontribusi sosial keduanya terhadap pelestarian, pemberdayaan serta promosi budaya daerah. Selain itu, Barka meyakini bahwa langkah dirinya dan pasangan menjadi rangsangan agar dapat tercipta regenerasi budaya ke pemuda dalam hal tarian adat, pantun dan berbagai hal yang ada kaitannya dengan kekhasan budaya.
“Kami berharap, banyak tempat wisata budaya di NTT, bisa dijadikan tempat resepsi pernikahan. Karena
Resepsi tidak harus dilakukan di hotel, restaurant, atau aula,” pungkasnya.
Galeri Foto Pernikahan dengan konsep unik di Alor;
(AM/DM)