Pemimpin Pembawa Mujizat

  • Whatsapp

Bupati-Sabu-Marthen-Dira-Tome

KUPANG, berandanusantara.com – Dalam konteks kerohanian, mujizat dipandang sebagai sebuah hal yang sangat menggembirakan, karena dari suatu hal yang secara manusiawi tidak mungkin menjadi mungkin. Dalam realitas pembangunan di kabupaten Sabu Raijua pada masa kepemimpinan Marthen Dira Tome, Sabu yang sebelumnya kering, tandus, atau kusam, perlahan mulai nampak segar, bahkan kini menjadi “surga” baru yang pelan-pelan mulai dilirik banyak orang. Mujizat itu seperti terjadi di sana.

Dira Tome, sang Bupati, rupanya telah secara dalam mempelajari kondisi geografis, iklim, serta semua sumber daya yang ada, yang kemudian dikelolah secara baik dan menghasilkan sesuatu yang berguna untuk kemajuan masyarakat. Memang butuh perjuangan yang keras untuk membangun daerah yang baru mekar, seperti halnya Sabu Raijua. Namun, dengan dedikasi dan komitmen yang kuat untuk membangun, pelan-pelan hasilnya mulai nampak.

Dira Tome memandang persoalan kemiskinan merupakan suatu masalah utama sejak Sabu Raijua dimekarkan menjadi kabupaten sendiri. Sebagai Bupati defenitif pertama kabupaten Sabu Raijua, dia harus menguras otak dan tenaga untuk mulai membangun. Lewat berbagai program yang digagas dengan dibantu wakil Bupati Nikodemus Rihi Heke, satu persatu sasaran pembangunan mulai dikerjakan.

“Sabu Raijua harus melakukan lebih dari apa yang dipikirkan,” ucapan yang selalu dilontarkan Marthen Dira Tome dalam berbagai kesempatan. Kalimat menjadi testimoni yang mendorong semua pihak di Sabu Raijua bekerja untuk secara baik untuk kemajuan daerah.

Prinsip membangun dengan sejumlah ide inovatif bermunculan sejak masa kepemimpinannya. Daerah yang jika dilihat dengan pandangan terbatas, sepertinya tidak ada tanda-tanda kehidupan, mulai menampakan diri sebagai sebuah daerah potensial yang bisa menghasilkan sesuatu yang berguna untuk masyarakat dan daerah. Sekali lagi ini bukan hal yang mudah dan butuh pengorbanan dari seorang pemimpin.

Berbagai pembangunan untuk mendongkrak pendapatan asli daerah terus dilakukan. Pembangunan sejumlah pabrik pun dilakukan. Diawali dengan pembangunan pabrik garam di sejumlah titik, pembangunan pabrik rumput laut, dan terakhir di momen HUT proklamasi ke 71 adalah pabrik air minuman dalam kemasan Oasa. Tidak sampai disitu, sejumlah pabrik sudah direncanakan untuk dibangun seperti pabrik karung plastik, kecap dan cuka.

Semuanya itu demi mengatasi persoalan kemiskinan yang indikator utamanya pada pengangguran karena minimnya ketersediaan lapangan kerja. Dira Tome, pemimpin yang menyatakan perang melawan kemiskinan melakukan itu semua hanya untuk masyarakat. “Kemiskinan bukanlah sebuah predikat yang baik. Itu bisa diatasi dengan cara-cara cerdas. Sumber daya alam yang ada bisa dikelolah,” ujar Marthen, dalam sebuah kesempatan.

Hasil menggembirakan pun diperoleh. Berdasarkan data ada, jumlah kepala keluarga (kk) miskin di Sabu Raijua sebelumnya 17.000 kk, atau di atas 50 persen dari jumlah penduduk seluruhnya yakni 19.000 kk. Dengan pembangunan yang menggeliat, jumalh itu berhasil ditekan, dan pada tahun 2015 berkurang menjadi tinggal 3000 kk. Hasil ini memang sangat luar biasa.

Tidak hanya itu, pendapatan asli daerah (PAD) juga digenjot naik. Tahun 2011, jumlah PAD Sabu Raijua senilai Rp 320 juta, atau sangat jauh dibawah dibandingkan dengan kabupaten lain. Namun, dengan perjuangan yang begitu kuat, pada tahun 2015 PAD Sabu Raijua mencapai angka Rp 32 Miliar. Pengingkatan yang sangat luar biasa, bahkan jauh di atas beberapa kabupaten lain.

Gubernur NTT, Frans Lebu Raya pun ikut memuji kemajuan yang terjadi di kabupaten Sabu Raijua. Dia pun tidak menyangka kalau Sabu Raijua memiliki perkembangan yang sangat luar biasa dibawah kepemimpinan Marthen Dira Tome.

“Saya harus jujur mengatakan bahwa ada perubahan yang luar biasa di Sabu Raijua. Bahkan, kemajuan yang terjadi melebihi estimasi yang saya pikirkan. Sabu Raijua berhasil menunjukan bahwa dirinya mampu dan bisa melakukan terobosan,” ujar Lebu Raya saat meresmikan Pabrik Rumput Laut di Sabu Raijua, belum lama ini. 

Marthen Dira Tome memang bukan Tuhan. Namun, sebagai manusia biasa, hanya ide cerdas dan semangat membangun bisa menciptakan sebuah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dia bukan saja pemimpin yang inovatif, namun bisa membawa mujizat perubahan. (AM)

Related posts