BADUNG, berandanusantara.com – Terjadi prokontra soal mekanisme pemilihan ketum Golkar. Bagi caketum Priyo Budi Santoso, pemilihan ketum Golkar harus voting tertutup.
“Harus tertutup. Tata Kramanya konsepnya begitu, kalau pemilihan mengenai figur orang harus tertutup,” kata Priyo sebelum pembukaan Munaslub Golkar di Bali Nusa Dua Convention Center, Sabtu (14/5/2016).
Kalau ada rencana pemilihan ketua umum terbuka, menurut Priyo, menimbulkan pertanyaan di balik itu. Pemilihan secara terbuka rawan intimidasi.
“Mekanisme yang ada saat ini, dukungan orang perorang harus tertutup. Itu demokrasi, di organisasi manapun dalam memilih figur harus tertutup. Kecuali semua sepakat satu orang. Tapi satu orang nggak setuju, maka itu tidak bisa aklamasi. Maka aneh kalau ada ikhtiar seperti itu, menyalahi demokrasi,” kritik Priyo.
Priyo sejauh ini yakin mendapatkan dukungan 30 persen suara untuk mengikuti pemilihan ketum Golkar. Dia bahkan yakin bakal lolos ke putaran dua.
“Yang penting kita tegakkan aturan selama tidak ada ikhtiar membelokkan. Ada skenario ini, permainan ini, fairplay harus dilakukan. Siapa pun menang harus dihormati,” kata mantan Wakil Ketua DPR ini.
Lalu apakah akan membangun koalisi di pemilihan ketum Golkar? Saat ini sudah ada beberapa kutub koalisi, namun Priyo belum menentukan pilihan.
“Kalau kita bicara termasuk tentang bagaimana berbagi peran siapapun yang menang. Hanya sampai saat ini belum bisa mengerucut tentang beberapa kubu. Kalau embrio untuk ada pembicaraan ke arah situ memang sudah ada. Yang ada masalah seolah ada dua kubu yang berseteru luar biasa tapi saya nggak mau ikut-ikutan, kalaupun nanti terjadi kesepakatan antar calon dan pendukungnya itu lebih ke mekanisme kami untuk menjalankan pemilihan yang demokratis,” tegasnya Waketum Golkar ini.
“Saya berkomunikasi dengan baik, belum ada blok-blok saya pastikan semua masih cair. Saya berkomunikasi baik dengan ketujuh-tujuhnya,” pungkasnya. (Sumber: detiknews)