JAKARTA – Sudah menjadi rahasia umum bahwa prospek atau berkarir di bidang pertanian dan kehutanan Indonesia tak secemerlang dibandingkan sektor lain. Sehingga banyak para lulusan di bidang tersebut justru memilih sektor lain sebagai profesi di dunia praktis.
Ahli Konservasi Tanaman Obat Tropika Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ervizal A.M. Zuhud mengatakan kurangnya sumber daya manusia (SDM) menjadi biang keladi terpuruknya sektor pertanian dan kehutanan.
“Sebenarnya kita nggak kekurangan sarjana sektor pertanian. Di IPB banyak. Di universitas lain juga banyak. Tapi mereka lebih milih kerja di bank daripada di hutan,” ujar Ervizal dalam sebuah diskusi di acara Indogreen Forestry Expo 2015 di JCC, Jakarta, Rabu (15/4/2015).
Ia tidak menyalahkan para sarjana lulusan sektor pertanian dari berbagai universitas di tanah air yang tak mau terjun di sektor ini. Ia justru menyoroti keberpihakan pemerintah yang dinilai masih rendah pada sektor ini.
“Yang salah bukan IPB-nya, bukan UGM-nya, bukan kampusnya. Tapi kondisinya memang tidak mendukung. Dari dulu pemerintah tidak perhatian dengan sektor pertanian. Jadi sarjana yang lulusan pertanian dan kehutanan pun ogah kerja di bidangnya. Nggak ada kepastian kalau kerja di pertanian berapa pendapatannya dan sebagainya,” katanya.
Ervizal menuntut pemerintah untuk lebih memperhatikan sektor pertanian. Bukan hanya dengan penyediaan teknis bantuan pupuk, benih dan peralatan pertanian, tetapi lebih pada pembentukan iklim usaha di sektor pertanian yang lebih kondusif.
“Jangan kasih PMN (penyertaan modal negara) untuk perusahaan-perusahaan bank saja. Tapi juga perusahaan di sektor pertanian dan kehutanan. Saya tantang Pemerintah beri Rp 25 triliun ke sektor ini, dalam 5 tahun sektor pertanian ini akan kembalikan Rp 100 triliun ke pemerintah,” tegasnya. (detiknews.com)