Rote Ndao, berandanusantara.com- Suatu terobosan yang perlu dicontoh dari Yayasan Fatu Ovak. Yayasan yang didirikan oleh Erasmus Frans, warga Nemberala, Kabupaten Rote Ndao ini telah memberikan sebuah hal positif bagi daerah Rote Ndao hal menjaga kelestarian lingkungan, terutama lingkungan pariwisata Rote Ndao yang sangat potensial, dan sudah sangat dikenal sampai ke mancanegara. Yayasan ini bahkan merangkul dan mempersatukan semua stakeholders baik pemerintah, swasta, serta masyarakat untuk sama-sama menruh perhatian pada Potensi Pariwisata Kabupaten terselatan di Indonesia ini.
Saat ditemui berandanusantara.com di kediamannya, Mus, sapaan akrab Erasmus Frans bercerita banyak tentang tujuan dirinya mendirikan Yayasan Fatu Ovak serta pariwisata Rote Ndao yang sangat dicintainya.
Ia menjelaskan, dasar pemikirannya membangun Yyayasan ini daalah bertujuan untuk merubah pola pikir masyarakat Kabupaten Rote Ndao agar lebih peduli terhadap pembangunan yang berbasis lingkungan. Lingkungan perlu dijaga kelestariannya. Selain itu, jelasnya, pentingnya memupuk kembali sikap gotong-royong serta hati sosial masyarakat untuk sama-sama menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan.
Yayasan Fatu Ovak dilahirkan dengan niat luhur serta tulus dengan merangkul beberapa pengurus diantaranya; Mersi Killi sebagai Ketua, Romi Mbate sebagai Sekretaris, serta Yems Sumba sebagai Bendahara ini mampu menggaet pemerintah serta masyarakat sebagai mitra kerja yang baik. Berkat keuletan dan daya juang dari para pengurus yayasan, bersama-sama dengan masyarakat telah membuktikan penrhatian terhadap lingkungan dengan swadaya membangun tempat pembuangan sampah (TPS), yang berlokasi di Pantai Nembrala.
“Ini bukan sekedar retorika belaka. Yayasan ini dilahirkan dengan sebuah niat yang tulus, oleh karena itu harus dibuktikan dengan berbagai tindakan-tindakan yang nyata,” ungkap Erasmuas frans.
Erasmus Frans, yang juga adalah pengusaha Resort ternama di Rote Ndao ini selalu menanamkan rasa cintanya yang besar terhadap asset pariwisata yang ada di Kabupaten Rote Ndao dengan caranya sendiri yakni mendahulukan kelestarian lingkungan hidup. “Lingkungan itu asset manusia yang tak kalah penting, oleh karena itu kita perlu jaga dan lestarikan,” tuturnya
Ia sangat menuruh harapan yang tinggi terhadap pemerintah Rote Ndao. Dimana, lanjutnya, kedepan pemerintah harus memperhatikan sarana penunjang di lokasi wisata pantai Nemberala yang merupakan icon pariwisata Kabupaten rote Ndao.
“Jika sarana penunjang lebih ditingkatkan, maka akan lebih banyak pengunjung yang maiu berkunjung, dan kontribusi bagi daerah juga ikut bertambah,” katanya
Seorang Warga lokal, sebut saja Bea, yang berdomisili di desa Batutua juga punya harapan yang sama dengan Erasmus Frans. “ Pemerintah Daerah Rote Ndao harus menaruh perhatian penuh bagi semua tempat parawisata yang ada. Karena ini merupakan asset yang selalu akan berdampak positif bagi daerah jika dikelolah dan diperhatikan dengan baik,” ungkapnya.
Sebagai warga Kabupaten Rote Ndao yang juga sering mengunjungi Pantai Nemberala, Bea mengaku kondisi lokasi wisatanya sudah tidak terurus dan butuh sentuhan agar lebih menarik mata wisatawan. “sebagai wisatawan lokal saja, saya sudah merasa risih dengan tempat wisata andalan ini,” kesalnya.
Keadaan toilet umum, serta sarana dan prasarana pariwisata yang tidak menunjang, merupakan pemandangan yang patut dilihat dengan mata yang peka oleh Pemerintah Kabupaten Rote Ndao. Nama Pantai Nemberala sudah mendunia. Peluang dunia pariwisata di Kabupaten Rote Ndao sangat besar. Namun, yang saat ini diperlukan adalah perhatian dari pemerintah setempat. Apakah dibiarkan seperti itu terus-menerus? Ataukah perlu dibenahi agar lebih berdampak positif untuk daerah terselatan Indonesia ini? Jawabannya ada di tangan pemerintah, Pelaku Pariwisata, serta seluruh masyarakat Kabupaten Rote Ndao. (Ryan Tulle)