Yudi: Perbatasan Aman Karena Komunikasi Berjalan Baik

  • Whatsapp
Letkol Inf Yudi Gumilar.(Ist)
Letkol Inf Yudi Gumilar.(Ist)
Letkol Inf Yudi Gumilar.(Ist)

KEFAMENANU, berandanusantara.com – Komandan Satuan Tugas (satgas) Pengamanan Perbatasan (pamtas) RI – RDTL dari Yonif 744 SYB, Letkol Inf. Yudi Gumilar mengatakan, sejauh ini pengamanan perbatasan RI – RDTL yang dilakukan pihaknya berjalan aman dan kondusif.

Pernyataan Komandan Yudi bukan hanya sekedar isapan jempol belaka. Selama sembilan bulan bertugas, tidak ada kejadian luar biasa yang ditemukan selain penyelundupan. Seperti penyelundupan BBM di Napan dan penyelundupan Pupuk di Motamasin, Kabupaten Malaka. Namun penyelundupan yang terjadi intensitasnya kecil.

“Alhamdullilah sampai saat ini, situasi di perbatasan masih aman dan kondusif. Tidak ada masalah yang menonjol. Memang ada penyelundupan BBM dan penyelundupan pupuk namun intensitasnya kecil dibandingkan satuan-satuan sebelumnya,”katanya kepada wartawan ketika dikonfirmasi di ruangannya (11/8) mengenai situasi di daerah perbatasan.

Bahkan, kata Yudi, konflik perang yang melibatkan warga masyarakat Desa Nelu dan masyarakat Leolbatan, Oecusse Timor Leste tahun 2013 lalu berhasil didamaikan oleh pihaknya. Termasuk gejolak masalah tapal batas antara warga desa Haumeni Ana dengan warga Sape Oeccusi Timor Leste juga berhasil diredam. Semuanya ini karena komunikasi dan koordinasi yang baik dengan masyarakat dan pihak UPF Timor Leste.

“Mereka (warga Nelu dan warga Leolbatan) sudah sepakat untuk berdamai. Dan rencananya awal bulan september ini mereka mau mengadakan pesta adat di lokasi tempat mereka perang. Komunikasi selalu kita lakukan dengan warga dan pihak UPF. Kita selalu koordinasi dan bekerjasama dengan pihak UPF untuk menghindari konflik antara masyatakat kita dengan masyarakat Timor Leste,”ujarnya.

Yudi mengatakan, untuk wilayah sektor barat ada dua wilayah yang masih belum dinyatakan selesai. Dan salah satunya adalah batas negara di Desa Haumeni Ana dan kampung Sape, Oeccusi Timor Leste. Menurutnya, secara sosial wilayah unsurvei ini sudah dinyatakan namun sepenuhnya belum diterima. Meskipun demikian upaya pendekatan yang baik ke masyarakat dan kerjasama yang baik dengan pihak UPF mampu meminimalisir situasi tersebut.

Disinggung soal penyeludupan, Yudi mengatakan selama sembilan bulan mereka bertugas, hanya terjadi dua kali penyelundupan. Yakni penyelundupan BBM di Napan dan penyelundupan Pupuk di Motamasin, Kabupaten Malaka dan intensitasnya kecil.

“Ada tapi intensitasnya kecil yakni penyelundupan BBM dan pupuk. Kita patroli keliling dan memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai konsekwensi dari kegiatan penyelundupan ilegal ke Timor Leste karena akan merugikan mereka sendiri,”tandasnya.

Disinggung lagi soal jumlah personil masing-masing pos, Yudi mengatakan antara 14 sampai 15 orang. Sedangkan di pos lintas batas, 17 sampai 18 orang.

“Kita personil seluruhnya 350 orang dan tersebar di tiga kompi yakni kompi A meliputi Wini sampai dengan Haumeni Ana. Kompi B meliputi Nilulat sampai Oepoli, Kabupaten Kupang dan kompi C terpusat di Kabupaten Malaka,”katanya.

Yudi menuturkan salah satu daerah yang hingga saat ini belum mereka jangkau untuk melakukan kegiatan yakin satu daerah Naktuka, Kabupaten Kupang. Daerah Naktuka, lanjut Yudi, merupakan daerah Unreshop. Daerah yang belum ditentukan batasnya oleh pemerintah.

“Kita kesulitan lakukan kegiatan di sana. Namun patroli tetap kami lakukan sampai batas-batas yang kita ikuti,”tuturnya.

Yudi mengatakan kendala yang mereka alami selama sembilan bulan bertugas adalah kendala komunikasi. Jaringan telkomsel tidak dapat dijangkau beberapa pos. Sehingga terpaksa membeli kartu Telemor  untuk komunikasi dengan keluarga dan ana istri di Batalyon.

” Komunikasi dengan keluarga sangat sulit. Beberapa pos belum terjangkau jaringan Telkomsel sehingga terpaksa anggota membeli kartu telemor untuk bisa komunikasi dengan keluarga dan anak istri di Batalyon,” pungkasnya. (Lius Salu)

Related posts