KUPANG, berandanusantara.com – Kasus “Papa Minta Saham” yang membelit Ketua DPR RI Setya Novanto memancing protes dan pendapat yang beragam dari seluruh masyarakat, termasuk di Nusa Tenggara Timur (NTT). Aksi protes dan pembelaan pun meraimakan dinamika sambil menunggu putusan Majelis Kehormatan Dewan (MKD).
Rabu (16/12/2015), sebanyak 22 Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Cabut Mandat Setya Novanto (ANCAM S.N) melakukan aksi unjuk rasa mendesak Setya Novanto mundur dari jabatannya sebagai ketua DPR RI. Mereka menganggap Setya Novanto telah menciderai dan mengkhianati mandate yang telah diberikan oleh masyarakat NTT.
“Kami ingatkan kepada Mahkama Kehormatan Dewan agar mengambil keputusan secara profesional dan objektif,” ungkap koordinator aksi, Rikardus Kolo dalam orasinya.
Ia juga menegaskan bahwa apabila keputusan yang akan diambil MKD hari ini salah, maka gejolak yang akan terjadi di di bangsa ini pun akan semakin besar. Seluruh masyarakat, kata dia, akan bergerak menurunkan secara paksa Setya Novanto dari ketua DPR RI.
Massa melakukan aksinya dengan long march dari bundaran PU, Kota Kupang, menuju ke sekretariat DPD I Golkar NTT untuk mengekspresikan kekecewaannya terhadap kader Golkar yang terseret dalam pusaran kasus “Papa Minta Saham” Freeport itu.
Setelah berorasi, massa yang berniat menemui ketua DPD I Golkar tidak tercapai. Pasalnya, Ketua DPD Golkar NTT, Ibrahim Agustinus Medah yang juga menjabat anggota DPD RI itu sedang melakukan kunjungan kerja ke Slovakia.
Massa akhirnya hanya menyerahkan pernyataan sikap berisi empat butir tuntutan diantaranya; Setya Novanto harus mundur karena telah menciderai mandate masyarakat NTT yang harus jujur dan bertanggung jawab, mendesak MKD untuk bersikap professional, netral dan objektif serta transparan untuk mengembalikan citra DPR.
Selain itu, massa ANCAM SN mendesak KPK, Polisi, Jaksa Agung untuk membongkar semua kasus yang diduga melibatkan Setya Novanto, serta mendesak pemerintah untuk menasionalisasikan tambang Freeport Papua. (Andyos)