KUPANG, berandanusantara.com – Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Ahmad Djuhara, IAI mengatakan, Provinsi NTT merupakan daerah yang tepat untuk mengembangkan profesi arsitek.
“Banyak Pemda yang belum optimal memanfaatkan potensi arsitek di daerah. NTT adalah salah satu yang paling pekah dengan profesi arsitek,” ujar Ketua Umum IAI Ahmad Djuhara disela-sela Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IAI di Hotel On The Rock, Kupang, Kamis (28/1/2016).
Dikatakannya, IAI Pusat memutuskan NTT sebagai tuan rumah penyelenggaraan Rakernas lantaran sejauh pengamatan mereka, pemerintah NTT termasuk Kota dan Kabupatennya sudah sangat paham tentang profesi arsitek sehingga melibatkan arsitek dalam membangun daerah.
Selain itu, dengan letak geografis NTT yang berbatasan langsung dengan Timor Leste membuat IAI Pusat menjadikan NTT sebagai tempat diselenggarakannya Rakernas. Pasalnya, menurut Ahmad, Indonesia saat ini sedang masuk ke era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang sudah berjalan 28 hari namun banyak pihak yang belum sadar dan belum kaget.
“Hari ini sudah 28 hari bergulirnya MEA tetapi belum ada efek, banyak yang belum kaget bahwa bangsa ini sangat membutuhkan orang-orang yang sadar dan kuat untuk mampu mempertahkan eksistensi di tanahnya sendiri. Dan IAI di daerah harus mampu membangun kesadaran itu untuk tetap eksis dan mampu bertahan di era MEA,” katanya.
Ahmad menambahkan, tidak boleh terkungkung dalam paradigma bahwa karena putera daerah sehingga kesempatan untuk berekspresi harus mengutamakan putra daerah. “Meski kita orang daerah, kita harus mampu meningkatkan kualitas diri agar tidak terpaut oleh tenaga asing, karena Indonesia yang besar ini akan menjadi pasar yang besar bagi sembilan negara lainnya di Asean,” sebutnya.
Ia menegaskan, IAI harus mampu membuat perencanaan yang matang dan maksimal agar para arsitek yang merupakan putra-putri daerah harus mampu bersaing dan eksis bekerja di sembilan negara lainnya di Asean. “Tanah ini adalah tanah yang sangat baik untuk berlatih dan jangan kita mati di tanah sendiri hanya karena kita tidak mau dan tidak paham soal kualitas diri,” katanya.
Ahmad juga mengatakan, forum Rakernas IAI itu juga akan fokus memperjuangkan legitimasi negara terhadap profesi arsitek di Indonesia dengan terus mendesak DPR dan Pemerintah untuk segera mensahkan UU Arsitek. “Kita harus perkuat diri dengan meminta agar ada UU arsitek. Ini bukan karena alasan untuk membuat kita menjadi lemah tetapi masyataratk kita harus paham, negara kita dan pemerintah serta DPR harus paham dan kuat soal penataan hukum khusus untuk mengatur soal profesi arsitek,” katanya.
Dikatakannya, dalam UU Arsitek itu obyek arsitektur harus diurus oleh arsitek, dan memang itu kompetisi arsitek. “Obyek ini nenurut UU akan diatur dalam Permen yang mengatur tentang penatan kota sehingga ada setiap Pemda Kabupaten dan Kota harus memiliki yang namanya Tim Ahli Bangunan Gedung atau TABG yang di dalamnya harus ada arsitek,” sebutnya.
Ketua IAI NTT Donatus Arakian saat itu mengatakan, dua unsur di bangsa ini yang berkewenangan untuk menggolkan sebuah UU adalah Pemerintah dan DPR. Itu pasalnya, pihaknya akan terus menggalang dukungan dari DPR dan Pemerintah untuk segera menyelesaikan dan mengesakan UU Arsitek. “Besok dalam forum Rakernas ini akan hadir juga Ketua Komisi V DPR Bapak Farry Francis yang adalah wakil rakyat dari NTT yang berkewenangan untuk meloloskan UU Arsitek sehingga kami berharap penuh agar mejadi fokus perjuangan Pak Farry,” katanya.
Dalam rangkaian acara Rakernas itu pada hari pertama digelar work Shop yang menampilkan sebuah moment edukasi yang sangat penting untuk menunjang dunia arsitektur yaitu soal teknologi menjadi ahli kunci dan jendela dengan standardisasi Hardware dan mengenal sistim pintu dan jendela. Selain itu pada sesi kedua dibahas soal teknologi arsitektural hardware terkini, sistim teknologi kunci terbaru dengan akses automatic door dan jendela. Work Shop itu diselenggarakan oleh mitra kerja IAI yaitu Dekkson. (laurens leba tukan/humas IAI ntt)